|
|
|
|
|
|

Thursday 14 May 2009

Bunda Emilia Contessa dari PPP Kekasih Allah

Ketika membuka salah satu external HD lamaku untuk mencari beberapa bahan kuliah lama terkait kerusakan lingkungan hidup dan illegal logging, saya menemukan foto manis diatas ini - sebuah foto yang berisi gambar kami berdua Emilia Contessa dan saya Marissa Haque yang berbaju merah Islami sopan diruang kerja pribadiku diruang 518 lantai 5 Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan. Yah benar, bahwa foto tersebut dibuat oleh mbak Menik Kodrat Sekretarisku yang setia selama 14 tahun masa kerja ketika saya masih menjadi salah seorang dari jumlah total 550 orang anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan pimpina mantan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2006 lalu.

Emilia Contessa adalah salah satu nama yang bersemayam dilubuk hatiku yang terdalam karena mbak Emil atau Bunda Emil - demikian nama kasih yang sering menjadi panggilanku padanya adalah salah satu orang yang sangat serius sejak awal untuk menrik saya bergabung dengan partai Islam tertua di Indonesia bernama PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

Saat digiring ke PPP pada konteks foto diatas, saya sebenarnya hanya senyum-senyum ‘geli’ sendiri. Sejujurnya karena disaat itu saya hanya merasa bahwa PPP kurang seksi karena terimejkan sebagai partainya aki-aki dan ninik-ninik - partai yang hanya berisi orang-orang tua semata. Bagaimana mungkin saat itu saya berpikir untuk bergabung menjadi satu rumah mengingat saya sangat aktif dibeberapa kegiatan sosial-kemasyarakatan, hukum dan ekonomi syariah di Indonesia. Namun dengan berkembangnya keadaan dan berjalannya waktu, ketika hati kecil ini semakin mencintai Allah SWT dan ingin ‘bersatu’ dengan-Nya - kebutuhan transcendental - saya menemukan melalui puasa sunnah 40 hari bahwa PPP adalah partai masa depanku insya Allah selamanya.

Memang sejujurnya, tidak ada satupun partai di Indonesia yang sempurna dan selamanya berpihak pada rakyat seperti apa yang mereka janjikan disaat kampanye mereka. Namun dengan logo Ka’bah, kiblat ummat Islam seluruh dunia ada setitik kedamaian dihatiku yang terdalam bersatu dengan partai berwana hijau tua ini. Walau hari ini saya merasa sangat sedih ketika mendapatkan informasi dari salah satu ‘orang’ku di KPU bahwa terindikasi LO (Liaison Officer) PPP di KPU ‘diduga’ ada ‘main mata’ tertentu dengan oknum KPU untuk menggiring suara perolehan saya di Dapil Jabar 1 kepada kader lain dari Dapil Jabar 2. Saya hanya berdoa agar perempuan cantik LO dari PPP tersebut jangan sampai terjebak dengan permainan kotor internal yang menyerempet delik pidana penggelapan pemilu, karena resikonya sangat jelas akan diganjar dengan penjara minimal 3 (tiga) tahun. Karena untuk alibi hukum dan legal standing tuntutan pidana saya kepada perempuan cantik LO dari PPP tersebut, saya telah memegang hampir seluruhcopies dari Berita Acara KPUD Provinsi Jabar! Tentu yang akan saya lakukan adalah dengan semangat Islamiah menjujurkan keadilan sesuai ajaran Al Quran dan Al Hadist, dimana saya merasa harus menyatakan yang benar adalah benar walaupun sepahit apapun (balighu ‘ani walau ayah) dengan membingkai politik demokrasi keruh bergetah dengan hukum.

Karenanya sekaran ini saya semakin sangat bersetuju dan faham kenapa didalam Islam kita tidak diajarkan demokrasi. Karena sepertiga dari value demokrasi sesungguhnya adalah haram dalam koridor pemikiran dan ajaran Islam, yaituLIBERTE (liberal/liberalisasi). Sementara dua pertiga lainnya dianggap cukup Islami, yaitu EGALITE (kesetaraan/dalam iman yang paling bertaqwa) danFRATERNITE (sisterhood/brotherhood/ikatan persaudaraan). Dan ketika Libertedianggap sebagai homo homini lupus (manusia sebagai srigala atas manusia lainnya) dan disempurnakan dengan azas proper to the fittest-nya Charles Darwin, maka tidak lagi ada tempat bagi politik demokrasi Indonesia untuk menyatakan kejujuran serta kebenarannya. Semuanya dianggap harus tunduk kepada politik… politik… politik…

Saat di KPU tadi saya sempat meng-sms Bapak Dekan Pasca Sarjana IPB Prof. Dr. Ir. Khairil Notodiputro (orang Madura baik hati)/Ketua KAHMI Bogor dan adik-adik HMI Bogor akan perkembangan ‘minor’ KPU hari ini terkait dengan cerita saya diatas ini dan mendapatkan respon menarik dari Pak Dekan terkait dengan sejarah Rasulullah Muhammad SAW. Bahwasanya, beliau junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW mengajarkan kepada kita cara berpolitik dengan jujur dan bersandar hanya semata kepada Allah SWT saja. Jadi bukan sekedar berpolitik sekedar santun belaka, namun menyesatkan ummat-nya seperti sekarang ini. Bahkandikatakan oleh wartawan senior Kompas J. Kristiadi dalam tulisannya di Harian Kompas 2 (dua) hari yang lalu berisi kondisi sera situasi peta ‘syahwat’ politik kekuasaan Indonesia dalam seminggu terakhir ini!

Benar dikatakan oleh Nicollo Machiavelli didalam bukunya Il Principe, bahwa setelah tenggang masa 10 (sepuluh) tahun berlalu seperti awal masa reformasi kita dalam rentang kurun waktu yang sama para ‘Brutus’ golongan borjuis kembali berkuasa untuk menekan kelompok proletar yang kurang pengalaman, kurang jaringan, serta kurang finasial dengan metode ‘menyanyikan’ lagu lama oleh penyanyi tua yang sama namun dengan teknik ‘panggung show’ serta baju opera yang berbeda.

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!



Jakarta, di KPU, 13 Mei 2009.

No comments:

Post a Comment