|
|
|
|
|
|

Wednesday 29 April 2009

Fokus Marissa Haque Sekarang: IPB & Lingkungan Hidup

INILAH.COM, Jakarta – Meski tercatat sebagai caleg di Pemilu 2009, Marissa Haque memilih untuk berkampanye tentang keselamatan bumi ketimbang mempromosikan diri di hadapan konstituennya. Itu sebanya politisi Partai Persatuan Pembangunan ini mengaku lebih suka bicara soal lingkungan daripada politik.
Oleh: Arief Bayuaji


Marissa Haque

Jadi nggak jadi caleg (calon legislatif, red), tidak saya permasalahkan,” jelas Marissa, seusai peluncuran buku Bertahan di Bumi: Gaya Hidup Menghadapi Perubahan Iklim karya Fachruddin M. Mangunjaya, di Gedung Rektorat, Lantai 4, Universitas Nasional Jakarta, Pasarminggu, Jakarta, Selasa (18/11).
Marissa Haque yang kini tercatat sebagai caleg PPP bernomor urut 2 di Derah Pemilihan Jawa Barat 1 (Cimahi dan Bandung) merasa tak perlu terlalu memikirkannya. “Bukan saya nggak optimis. Tapi, untuk saya, berbuat baik itu kan bisa dengan cara apa pun. Seperti dengan mengajar, ramah terhadap lingkungan, dan aktivitas lain-lainnya.”

Marissa pun kini lebih fokus dengan mengurus keluarga, mengajar, dan menjalani program doktor S3 bidang Lingkungan Hidup di Institut Pertanian Bogor. “Selain kesibukan itu, saya lebih konsentrasi terhadap nasib kelangsungan bumi kita. Saya ingin menggugah siapa pun, untuk menyelamatkan bumi. Saya tidak bisa memungkuri, bumi adalah masa depan kita semua. Kalau tidak kita jaga, bumi akan habis dan musnah.”

Marissa mencontohkan banyaknya hutan-hutan yang digunduli. “Banyak hutan yang dirusak. Sudah tidak ada habitatnya lagi. Mulai dari tumbuhan sampai hewan. Dampak global nantinya, ya, bikin bumi hancur. Ini sangat menyedihkan,” kata Marissa.

Kenyataan itulah yang akhirnya menggugah Marissa untuk mengajak siapa pun melakukan penyelamatan bumi dengan mulai melakukan sesuatu dari yang paling kecil.

“Bisa dengan menghemat listrik, membuang sampah ditempatnya sesuai organik atau non-organik, menanam dan memelihara pohon dan lain-lainnya. Semuanya dimulai dari diri sendiri, baru keluarga, tetangga, teman sampai nantinya bersama komunitas yang lebih besar,” tutup Marissa. [P1]

Read more!

Yang Terbaik di ‘Mata’ Allah Saja untuk Kami: Ikang & Marissa

Bila sepasang burung Merpati tak pernah ingkar janji! Itu rasanya sunatullah… kalau burung sebagai salah satu makhluk-Nya saja dapat amanah, apalagi kita manusia sebagai buah karya termulia dari Sang Khaliq yang Maha Pencipta bukan?

Dikeheningan malam dalam doa yang sangat panjang tak ada lain yang kupinta bahwa dalam sisa hidupku beserta seluruh keluarga dirumah hanya ingin berada didalam koridor yang terbaik saja dimata-Nya. Hanya itu, tidak lebih dan tidak kurang. Ditengah ribuan caleg dari seluruh Indonesia yang bertarung memperebutkan kursi wakil rakyat dari tingkat 1 sampai dengan tingkat 2, terlihat wajah dan prilaku stress dimana-mana. Alhamdulillah Ikang Fawzi suamiku dan saya Marissa Haque masih dapat bertingkah normal untuk tidak ikutan menjadi ‘setengah gila’ bersama mereka yang terbebani oleh target hidupnya sendiri. Empati kami berdua untuk mereka semua saudara dan saudariku terkasih ditanah air.

Dirumah saya da Ikang selalu saling mengingatkan satu dengan lainnya bahwa kita berprinsip saja hope for the best and prepare for the worst! Kalau dapat alhamdulillah karena toh kami berdua sudah kerja keras plus kerja ekstra cerdas selama kurang lebih 9 bulanan belakangan ini. Bahkan Ikang suamiku sampai harus berhadapan dengan ancaman langsung golok Banten dan buhul sihir seperti masuknya seekor ular berbisa dikaki supir mobilnya Ikang di Pandeglang, Banten.

Kalau tidak dengan semangat ingin berbakti kepada nusa dan bangsa serta agama dan ingin memberikan alternatif lebih baik bagi persada perpolitikan negeri kita, tentu Ikang dan saya sangat malas berhadapan dengan ribuan kecurangan telanjang sistemik serta by design dari oknum elit pemerintahan negeri ini dari tingkat pusat sampai DT 2.

Berikut dibawah ini forward dari tulisan saudariku Mbak Nopyianti dan Mas Subhan dari terkait dengan sikap kami wa bil khusus sikapku terkait dengan isu pencalegan 2009 dari Dapil Jabar 1 nomor urut 2 dari PPP. Insya Allah ada sedikit pencerahan yang dapat saya share kepada para pembaca blog sekalian dimanapun anda berada.

Salam kasih, Marissa di Cimahi, Jabar.

***


Sumber:

Subhan, Nopiyanti

Kamis, 16/04/2009 02:09 WIB

Walau Raih Suara Terbanyak di Jabar 1, Marissa Tak Yakin ke Senayan

ADAKAH perbedaan panggung hiburan dan panggung politik? Dalam konteks sekarang, tentu jawabnya sangat tipis, bahkan bisa dibilang nyaris tak berbeda. Politikus yang biasanya berkoar memunculkan ide dan pemikiran untuk kepentingan masyarakat tentu itu menjadi tugasnya. Namun, bila hal itu diambilalih seorang artis atau katakanlah public figure yang notabene masih awam dengan trik dan segala strategi di panggung politik, tentu kita bisa membayangkan apa yang terjadi kelak.

Untuk para anggota dewan, dari mana pun latar belakangnya, jelas harus bekerja keras, membersihkan citranya. Rakyat menanti para wakil rakyat yang cerdas, tapi juga bermoral baik dan memiliki integritas. Rakyat menjadi apatis para wakilnya terlibat suap, korupsi, dan praktik asusila. Rakyat menjadi tak yakin apakah lembaga legislatif bisa menjadi saluran aspirasi? Dan lagi-lagi pertanyaannya, apakah para artis dapat memenuhi tuntutan berat ini?

Bintang Film dan Politikus

Marissa Grace Haque, lahir di Balikpapan, 15 Oktober 1962, semula dikenal sebagai aktris film. Selanjutnya, istri penyanyi rock sekaligus pengusaha, Ikang Fawzi ini, melebarkan sayap menjadi sutradara, produser film dan politikus.

Tak Mau Koloborasi dengan Kejahatan
Meski suaranya unggul sementara, Icha tetap waspada. Pasalnya, ia tak ingin terulang kejadian pilkada Banten. Menurut Icha, pilkada Banten membuatnya trauma karena ada kertas suara palsu sehingga balita maupun yang sudah meninggal bisa memilih.

Selain waspada, imbuh Icha, ia pun tak yakin otomatis lolos. Sebab, suara partainya lemah dan partai tak bekerja efektif. Bahkan, kata Icha, DPP yang mendrop bendera untuk dibagi-bagikan secara merata kepada sepuluh calon anggota legistatif PPP di dapil Jawa Barat I hanya digunakan oleh caleg nomor urut satu yang notabene adalah pengurus pusat yang menduduki posisi Wakil Sekjen (Somali Abdul Malik).
Oleh karena itu ia tak berharap banyak terhadap pencalonannya melalui PPP, baginya yang terbaik saja semuanya di’Mata” Allah katanya. Bahkan, jika nanti tak terpilih menjadi caleg, dirinya akan fokus untuk membuat sebuah buku tentang perjalanan hidup serta mengajar di beberapa perguruan tinggi. Tetapi, jika dirinya terpilih, akan memperjuangkan dan mengutamakan pendidikan usia dini, mikro ekonomi berbasis syariah serta mengutamakan kejujuran dan keadilan. Selain itu, tentu yang utama membingkai politik dalam hukum.
***

Read more!

Tuesday 28 April 2009

Diajak Acil Bimbo Membela Manohara: Marissa Haque

Ya Allah, Ya Rahman, Ta Rahiiiim… terus menerus warga Indonesia mendapatkan perlakuan tidak seimbang dan terjadi pelanggaran HAM dimana-mana! Sebagai warga Indonesia diluar negeri kita memang harus memiliki ketangguhan lain selain daya tahan dibawah ketidakramahan masyarakat setempat dan penghinaan bahwa kita rakyat Indonesia berada dalam kondisi sebuah negeri terpuruh dalam banyak hal belakangan ini! Terkejut saya menerima sms dari Kang Acil Bimbo dari Bandung – kami bersaudara ipar karena Kang Acil Bimbo adalah sepupu Gilang Ramadhan suami Shahnaz Haque adik bungsuku – yang menegur saya dengan cara budaya Sunda yang halus namun ‘menukik.’ Beliau menanyakan kepada saya kenapa saya tidak bereaksi atas kejadian mantan model Indonesia indo Perancis yang dinikahi oleh salah seorang ‘darah biru’ Malaysia di Malaysia. Namun hati ini sangatlah gundah karena bungsu kesayanganku dan Ikang suamiku, masih kuliah di Malaysia dan masih perlu menyelesaikan sisa kuliah selama 2 (dua) tahunan lagi di kota Cyber Jaya, Malaysia.


Ingin Membela Manohara Namun Chikita di Malaysia

Ingin ikutan Kang Acil ke Malaysia melakukan upaya diplomasi agar Manohara dapat dipulangkan dan hidup bersama kedua orang tuanya lagi – karena saya mendengar dari berita televisi katanya Manohara tidak diperkenankan kembali ke Indonesia namun sekaligus harus menahan siksa fisik berupa irisan silet dari suami sahnya keturunan Sultan Malaysia berdarah biru itu!

Sejujurnya saya pribadi sedang merasa lelah dengan mental agak drop oleh sebab menyaksikan dengan mata kepala sendiri ratusan bahkan ribuan kejahatan delik pidana pemilu yang sekarang sedang berputar-putar didepan mata kita rakyat Indonesia.

Benar kata Mas Adhi Kaspian saudaraku wartawan Kompas representatif Provinsi Banten, bahwa elit pemerintah negeri kita sedang kepusingan sendirian mengurus bagaimana agar dapat sukses lolos kembali menjadi Presiden RI atau posisi elit lain kepemerintahan negeri ini. Yah… jadi boro-boro melirik kasus Manohara ini dengan tujuan ikhlas ingin memberi pertolongan serta jalan keluarnya!

Saya jadi ingat disaat menjadi anggota DPR RI ditahun pertama dan harus berangkat ke Malaysia bersama tim Ibu Megawati mengurus kasus Nirmala Bonat asal NTT yang disterika/disiksa habis-habisan oleh juragan rumah-tangganya. Saat itu kondisi fisik dan semanagt saya belumlah se-drop seperti hari ini ketika saya menuliskan artikel ini. Dan anakku belum/tidak ada yang bersekolah di Malaysia. Namun hari ini ditengah rasa rinduku yang sangat memuncak pada Chikita Fawzi atau Kiki nama panggilan cintanya, saya lalu menjadi kebingungan setengah mati!

Rasanya setengah hati ini ingin bersama Kang Acil menyingsingkan lengan baju terbang menuju Malaysia dan berjuang meneriakkan HAM disana atas nama harkat serta martabat bangsa Indonesia yang mandiri serta berdaulat, namun juga sisa setengah hati ini sekaligus juga sangat mengkhawatirkan ‘kalau-kalau’ ada warga Malaysia yang tahu siapa saya lalu membalas jihad saya buat Indonesia dengan bertindak anarkis dan melampiaskannya kepada Kiki anakku yang sendirian kuliah/menuntut ilmu di Malaysia.

Ya Allah…

Namun tadi maghrib, Kang Acil meng-sms saya Marissa Haque (PPP) bahwa Rieke Dyah Pitaloka (PDIP) teman artisku yang sekaligus aktivis gender yang baru saya punya baby sudah dapat dikontak untuk menggantikan saya. Nurul Arifin (PG) belum merespon sms maupun telpon Kang Acil…

Ya Allah,

Semoga ada yang terketuk dari elit pemerintahan negeri ini untuk membantu Manohara keluar dari permasalahannya. Semoga secapatnya Ya Allah… semoga…

***

Read more!

Monday 27 April 2009

Kursus dari Mas Karmin untuk Ikang dan Marissa

Mas Karmin Kekasih Allah… jazakumullah khoir telah memberikan Ikang suamiku dan saya kursus ICT di detik.com ya? God bless you my brother…

Salam kasih, Ikang dan Marissa.

Selama ini stigma atau persepsi kebanyakan orang, artis itu identik dengan keglamouran yang menyilaukan. atau kalau di infotainment, perilaku jeleknya saja yang mengemuka.

namun bertemu dengan ikang fawzi, rocker pengusaha sekaligus politisi, persepsi itu terbantahkan. begitu selesai jabat tangan perkenalan, ia langsung mengajak shalat berjamaah.

duh, bagaimana aku harus menjawabnya? waktu itu aku sedang malas untuk shalat. beruntung ada teman lain yang sangat rajin dengan riang menemaninya ke mushala.

menyenangkan bertemu dengan rocker yang terkenal lagunya “preman” nya itu. ia sangat terbuka dan riang menceritakan dirinya. termasuk masa kecilnya yang selalu berpindah.

sewaktu masih dalam rahim ibunya tinggal di mesir. menumpang lahir di Jakarta ia lanjutkan masa tk dan sd nya di belgia. smp di tokyo.

sebagai anak diplomat ia diwajibkan bisa berkesenian. sehingga ahmad zulfikar fawzi ini sempat belajar menari, bermain musik (baik tradisional dan barat). di sekolah republik indonesia tokyo ia membuat band. dan ia ia sebagai drummer.

di sini keinginan bermusiknya makin menggelora. seluruh uang saku yang ia terima dipakai untuk kegiatan bermusik. ketika pulang ke indonesia ia sering ngeband. pernah ia sebagai roddies (crew) pada grup band terkenal.

sewaktu di sma 3 jakarta, ia berkenalan dengan fariz rm. mereka membentuk vocal grup. tonggak awal kariernya di musik adalah apda tahun 1978. ikang fawzi memenangi lomba cipta lagu remaja prambors. judul lagunya cahaya kencana, yang lalu di populerkan oleh ahmad albar.

dari sini karirnya sebagai musisi mulai tampak gemilang. salah seorang produser mengusulkan untuk membuat band. muncullah staff band yang mengusung genre fussion. dia yang menjadi vokalisnya, karena tak ada pilihan yang lebih baik. sayang band ini bubar.

bintangnya makin terang ketika ia bersolo karir. album pertamanya selamat malam sukses besar. sejak itu orang mengenalnya sebagai rocker. karirnya melebar ke film dan iklan. dia bertemu marissa haque pertama kalinya dalam film tinggal landas buat kekasih.

diantara lagu-lagunya, yang paling melekat dibenak banyak orang adalah lagu preman. menurutnya lagu itu momentnya pas. ketika itu pemerintahan orba, demonstrasi dimana-mana dan para pejabat tak konsisten, tak ada setia kawan.

(bukankah sampai sekarang blm berubah mas?)

laki-laki yang menjadi pengurus rei (real estate indonesia) ini mengaku tak bisa hidup tanpa musik. setiap saat, dimanapun ia selalu bermain musik, meski tak ada audience. dengan main musik ia bisa fresh.

sampai sekarang ia telah mencipta 6 album dan berlakon di 18 film. film terbarunya, married by accident masih tayang di bioskop saat ini. padahal saat ini ia sangat sibuk mengurus bisnis real estatenya.

Menekuni bisnis perumahan sejak tahun 1990. meski sempat terguncang krisis moneter, bisnisnya tetap eksis. waktu itu bunga bank mencapai 70%, bisnisnya macet. ia harus mengembalikan utang ke bank.

ini berbeda dengan para pengemplang utang kelas paus yang kabur ke luar negeri. mereka menperoleh perlakuan khusus memperoleh diskon 50% dan bunganya di hapus.

Sebagai pengembang, hingga sekarang ia telah membangun ratusan hektar perumahan kelas menengah ke bawah.

ketika kutanya lebih nyaman menjadi pengusaha atau artis, dia menjawab mantap, enak jadi artis. karena meski punya nama tenar, sebagai businessman ia harus bersaing dengan competitor dan mencari celah.

sekarang ia mencalonkan menjadi caleg no 1 dari pan untuk daerah pemilihan pandeglang, kampung leluhurnya. beberapa bulan lalu ia pulang kampung. menurutnya ini momen yang melegakan. ia merasa menang. karena ia sukses menjalin silaturahmi dengan keluarga besarnya.

caleg dari pan ini menilai masyarakat sekarang ini membutuhkan dialog. hal yang ingin diperjuangkan sebagai wakiol rakyat adalah infrastruktur. pilihan yang mungkin tak populer. menanggapi itu ia berkementar pendek, popularitas sudah dia dapatkan, sekarang ia bertekad meneruskan cita-cita kakeknya.

menurutnya, dulu kakeknya adalah orang banten yang menjadi residen di jakarta. dengan suara serak, berbuat bijak. seperti yang ia terakan di blognya

sebenarnya dia bersentuhan dengan politik sejak sepuluh tahun lalu. tahun 1997, amien rais datang ke rumahnya. ikang mengumpulkan teman-teman yang mayoritas artis. mereka mengadakan dialog tentang reformasi.

saat itulah ia sudah mendapatkan tawaran untuk bergabung. namun ia menolak. saat itu negara dalam keadaan gawat. perlu orang-orang yang lebih siap dan berkualitas. selain itu ia masih sibuk dengan karir dan bisnisnya.

dulu cita-citanya ingin menjadi tentara. sehingga waktu itu ia selalu tampak cepak rambutnya. obsesinya itu tampak usahanya untuk mengganti namanya menjadi broto. nama ini terinspirasi dari dari nama pahlawan nasional gatot subroto.

***

Read more!

Kehadiran Marissa Haque di DPC PPP Sumedang

Marissa Haque Fawzi, adalah seorang artis terkenal yang telah terjun ke dunia politik dan bergabung di PPP (Partai Persatuan Pembangunan) hingga menjadi Anggota (DPR) Dewan Perwakilan Rakyat - Republik Indonesia, tampil dalam peringatan Hari Lahir ke-36 PPP tingkat Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia, di Graha Insun Medal, pada Sabtu, Januari 24th, 2009.

Di hadapan sekiitar 1000 anggota, simpatisan dan calon anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Sumedang, DPRD Provinsi Jawa Barat, dan calon anggota DPR - RI (Haji Endang Sukandar), Marissa Haque memberikan pernyataan politik, serta mengajak seluruh kader PPP di Sumedang melakukan politik santun dan cerdas.

Tentu saja, dengan kecantikan Marissa Haque, dan pandangan-pandangan politik yang cemerlang, pidato Marissa selama hampir satu jam ini sangat menarik perhatian.

Dalam acara tersebut, dihadiri langsung H. Dony Ahmad Munir, Ketua Dewan Pimpinan Cabang PPP Kabupaten Sumedang, yang sebelumnya mengingatkan bahwa momentum Hari Lahir PPP, merupakan ajang untuk introspeksi guna kemajuan di masa mendatang.

***

Read more!

Sunday 26 April 2009

Semangat Kuliah Sinyo Sarundayang: Marissa Haque

Terakhir jumpa Bapak Sinyo Sarundayang Gubernur Sulawesi Utara terpilih adalah saat saya berada dikota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Disaat mana saya dan beberapa kader PPP termasuk juga Gerindra (walau sudah di PPP saat itu saya masih dirayu habis-habisan untuk pindah partai ke Gerindra oleh salah atu ketuanya di Kalsel dengan ‘mas kawin’ yang menurut ukuran saya saat itu ‘maut’) – sedang dinner di Coffe Shop Hotel Rattan Inn bersama Bapak Rudi Arifin Gubernur Kalimantan Selatan. Saat itu seingat saya kami habis melakukan kegiatan partai PPP untuk sosialisasi dan konsolidasi menuju Pileg 2009 – sekitar kurang lebih diakhir tahun 2008 lalulah. Tak banyak yang berubah dari Bapak Gubernur yang satu ini, dengan suara sopan bariton selalu menyapa siapapun juga yang dikenalnya walau itu ditempat umum seperti pagi tadi.

Jumpa di Bapenas

Merasa suprise atas kehadiran seorang Gubernur diranah akademik formal Bapenas, saya mencoba menegur beliau dengan sapaan akrab karena menang secara personal saya mengenalnya baik saat di PDIP dulu: “Hi… Pak Sinyo mau sekolah lagi nih seperti Pak Fadel Mohammad?” sapaku berakrab ria – Gubernur Gorontalo salah seorang kawan baik Ikang dan saya tersebut adalah tetangganya di Provinsi sebelah kanan Sulut pasca pemekaran wilayah diera Presiden Megawati saat lalu. Jawaban Pak Sinyo sudah dapat ditebak bahwa beliau memang ingin melanjutkan kuliah lagi, karea hanya mempunyai bidang keilmuan administrasi pemerintahan daerah jenjang S2 semata tidak dirasakan cukup/mumpuni. Dengan kesadaran penuh yang bersangkutan merasa perlu kembali kejenjang bangku sekolah untuk menambah kualitas kognisinya melalui program S3 di Kebijakan Publik UGM (Universitas Gajah Mada) salah satu respectable university yang menelurkan kedoktoran Dr. Akbar Tanjung (Golkar) dan Dr. Fadel Mohammad (Golkar). Memang agak jarang kader elit partai lain semacam PDIP partai lamaku dan PPP partaiku kini yang berpikiran bahwa wajib para kader semuanya tanpa terkecuali bilamana luas rezeki, waktu, dan usia untuk memiliki keinginan menambah kapasitas diri melalui bangku pendidikan formal.

Yah, inilah tantangan partai untuk dapat bertahan dimasa yang akan datang – investasi kader bekualitas yang memiliki standar kelulusan kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Allahu Akbar! Terharu hati ini mendengar pengakuan jujur dari seorang Gubernur asal PDIP dengan track record positif ini. Ada catatan dalam kepalaku terkait obrolan ringan pagi hari tadi yaitu ketika beliau dengan serius menanyakan persoalan gugatan ‘dugaan’ ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu dan urusan Keppres yang dibuat Presiden atas pelantikan Atut dan Masduki awal tahun 2007 lalu, saya hanya menjawabnya dengan sepotong senyum penuh arti!

Masya Allaaaah… pagi-pagi di Bapenas sudah ngomongin si Atut, duh! Atut lagiii… Atut lagiii… ndak ada habis-habisnya memang perempuan cantik yang namanya Ratu Atut Chosiyah itu. Lihatlah wajahnya yang ayu didalam gambar-gambar dibawah ini. Atut memang cantik, namun sayaaaang… Yah, sayang ijazah SE (Sarjana Ekonomi)-nya diduga hanya diselesaikan dalam 8 (delapan) bulan semata. Yaitu masuk di FE Universitas Borobudur, Jakarta Timur pada Jurursan Menejemen pada September 2003 dan lulus mendapatkan sarjana penuh SE pada bulan Mei 2004! Sehingga jelas, dugaan kami-kami di Provinsi Banten bahwa proses Atut mendapatkan Sarjana Ekonominya dari FE Unbor diduga merupakan upaya kriminal/delik pidana pendidikan! Innalillahi wa innailahi rojiuuunn…

Ketika saya didesak untuk menjawab pertanyaan tadi dan beliau tahu saya malas untuk menjawabnya, maka pada pertanyaan dengan isi sama pada kali keduanya kemudian saya jawab: “Bapakku Gubernur Sulut yang baik hati…, sejauh Pak JK (Wapres) ‘diduga’ masih ada didepan-belakang-atas-dan bawah Atut sekeluarga dan melindungi kroni mereka dengan dalih demi nama besar partai mereka, maka saya harus sabar menunggu untuk terus menuntut Atut selama 20 (dua puluh) tahun lamanya – delik pidana baru akan nafi/selesai/kadaluwarsa setelah melewati dua puluh tahun! Dugaan delik pidana ini seperti yang pernah kita sepakati disaat dinner bersama di Banjarmasin terakhir kali adalah jenis ABUSE OF POWER atau DETOURMENT DE POUVIER alias korupsi birokrasi dengan penyalahgunaan jabatan. Sepuluh tahun reformasi mereka-mereka yang diduga pro status quo/Rezim Orba (Orde Baru) masih sangat berkuasa walau dengan dalih sebagian dari mereka sudah ‘berganti warna baju’ seolah-olah ikutan dalam arus reformasi dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir ini. “Hapunten Pak Sinyo Bapakku… mohon diingat-ingat cerita-cerita kita kemarin itu ‘yang ringan dan lucu’ tentang Nicollo Machiavelli dalam Il Principe.

Kok ya sama ya? Rentang waktunya sama 10 (sepuluh) tahun, dan kondisi reformasi seolah-olahnya juga mirip. Hanya di Italia saat itu benturan terjadi diantara kaum borjuis dan proletar, kita di Indonesia benturan terjadi antara kaum Orba dan kroninya versus kami-kami kaum reformis.”

Keluarga kami – Ikang Fawzi dan saya Marissa Haque – belakangan ini terus berada dalam tekanan keluarga Atut. ‘Diduga’ tekanan dikirim dari Bapaknya yang bernama Tb. Chasan Sochib sampai dengan anaknya Andika Hazrumy calon DPD maupun salah seorang istri kroni inti Atut di Kabupaten Pandeglang, Banten Irna Dimyati (istri Bupati Pandeglang, Banten).
  • Pengalaman Marissa Haque:
    Masih ingat dalam benakku disaat saya baru bergabung dengan PPP dan mengisi formulir pendaftaran wlayah adminsitratif/lokasi untuk pemilihan legislatif 2009. Setiap kader boleh mengajukan 3 (tiga) lokasi dan wilayah. Maka dengan spontan saya menuliskan pada urutan pertama tempat dimana rumah asli saya berada yaitu di Kota Tangerang Selatan (Bintaro), menyusul kedua di Kota Surabaya karena kampung asal Ibu saya dan masih banyak baraya/dulur saya di Jawa Timur khususnya yang menjadi korban lumpur Lapindo!, dan baru wilauyah terakhir di Jawa Barat/Kota Bandung ataut Kabupaten Bandung. Pilihan terakhir ini dengan pertimbangan bahwa saya cukup mengenal baik wilayah dan masyarakat Jabar 1 tersebut. Namun bagaimana saya dapat memperoleh posisi pada wilayah Jabar 1 padahal justru itu menjadi pilihan ketiga? Disinilah kunci rahasianya:
    1. Penolakan pertama dari Dapil Banten 2, karena ‘DIDUGA’ telah ada kesepakatan dari Atut dan keluarganya agar apapun yang terjadi Marissa Haque dilarang ‘mengacak-acak’ Provinsi Banten – walau sekalipun rumahnya terletak di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Alasan diplomatis mereka adalah bahwa dapil tersebut merupakan wilayah binaan Pak Sekjen PPP sehingga sebagai pendatang baru saya dianggap TIDAK ETIS bila memaksakan kehendak untuk berjuang diwilayah yang sama! Saya dapat menerima alasan diplomatis tersebut, dan mengalah;
    2. Penolakan untuk Dapil Jatim 1, karena dianggap wilayah tersebut adalah wilayah garapan para Kyai, Sesepuh, dan tokoh alim serta ulama. Sehingga saya dianggap mengkooptasi wilayah captive market mereka. Walaupun pada akhirnya saya baru tahu belakangan bahwa Dapil Jatim 1 tersebut ternyata jauh-jauh hari oleh PPP sudah dijanjikan kepada Ratih Sanggarwaty kawan baikku mantan super model Indonesia. Saya dapat menerima alasan ini, dan mengalah;
    3. Nah,… setelah pilihan terakhir ini Dapil Jabar 1 diberikan kepada saya, menurut info dari ‘orang dalam PPP’ yang pro kepada saya bahwa ada yang luar biasa ‘panik’/kelabakan, dan berupaya terus agar kehadiran saya di PPP menjadi nafi dan menghasilkan KEGAGALAN! Barangkali para pembaca blog-ku yang setia masih ingat bagaimana saya berupaya mati-matian agar memperoleh kembali pada posisi nomor satu yang telah dijanjikan oleh Ketum PPP pada saya disaat saya masuk menjadi kader PPP. Kenapa reaksi saya seperti itu? Barangkali inilah jawaban resmi dari saya, karena saya telah mengalami ratusan bahkan ribuan ‘dugaan’ pendzoliman kroni Atut agar saya terus-menerus gagal dalam berpolitik. Karena disaat masih berlaku sistem nomor urut, dengan posisi saya dinomor 2 untuk Dapil Jabar 1 kemungkinan besar pasti akan gagal, karena PPP tidak laku untuk wilayah perkotaan besar berisi kampus-kampus. Namun diujung kepasrahan total melalui puluhan doa rintihanku setiap 2/3 malam saat itu, Allah SWT mengatakan lain bagi perjuanganku. Kekasih Allah Prof. Dr. Mahfud MD, SH Ketua Mahkamah Konstitusi yang baru memberikan harapan dan pencerahan bagi berlakunya sistem suara terbanyak. Masalah nanti saya akan berhasil atau tidak didalam Pileg 2009 ini, saya pikir itu perjalanan takdir lainnya lagi bagi dalam jihad melalui politik di DPR RI saya kedepannya. Dengan catatan, tentuuuu… kalauuuu… berhasil lolos ditengah centang-perenang kisruh pidana pemilu Pileg 2009 yang teramat-sangat-kelewat kotor ini!
  • Pengalaman Ikang Fawzi:
    Tentu agak beda kalau saya harus bercerita mengatasnamakan Ikang Fawzi suamiku. Namun saya hanya sekedar memberikan gambaran terkait apa yang dialaminya didapil Banten 1 yang meliputi Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Banten. Karena suamiku adalah penyanyi rock yang dikenal dikampung halamannya, maka agak mudah serta murah-meriah upaya sosialisasi yang dilakukannya. Hal ini mengkhawatirkan ‘yang diduga’ kroni dari Atut dan keluarg besarnya. Karena keluarga kami bukan koruptor dan dana halal kami – walau kami tidak miskin – hanya sekedarnya saja, setiap selesai Ikang sosialisasi kesuatu daerah langsung serombongan ‘yang diduga’ orang-orang Atut dari Lebak dan Pandeglang yang ‘MENGHAPUS’ jejak sosialisasi suamiku disana. Caranya dengan saweran dana yang ‘diduga’ dari BLT nya Depsos melalui Dinas Sosial dari kedua kabupaten tersebut diatas. Termasuk mengancam Ikang Fawzi suamiku dengan golok segala di Kabupaten Pandeglang karena suamiku bukan NU, dan orang tersebut mengaku seorang Kyai yang disuruh oleh Ibu Bupati Pandeglang! Benar-benar tidak masuk diakal, bayangkan diazaman seperti sekarang ini masih ada tindakan kriminal uncivilized seperti itu! Saya sempat panik begitu mendengar berita tersebut dari supir pribadi Ikang, dan bersegera melaporkannya kepada Ketua NU Jabar untuk meminta pertolongan. Juga meng-sms asisten Gus Dur di PB NU agar menegur ‘orang gila’ tersebut yang mengaku sebagai seorang Kyai NU asal Pandeglang! Alhamdulillah-nya, saya masih keponakan jauh Gus Dur dari pihak Ibu.

    Beberapa pelanggara pemilu yang telah disemprit oleh Panwaslu di Provinsi Banten dapat di-browsing melalui google.com pada internet dengan cara mengetik nama-nama mereka yang telah disebut dalam cerita blog-ku kali ini. Namun apakah pemerintah kita yang dipimpin Pak SBY menindaklanjuti semua delik pidana pelanggaran pemilu ini? Saya tidak berselera menceritakannya kali ini karena disetiap koran, internet, maupun radio dan televisi telah ‘mengenyangkan’ kita semua dengan ratusan berita pelanggaran pidana berkelanjutan dari seluruh wilauah Indonesia yang ’diduga’ DIBIARKAN oleh pemerintah sekarang ini DEMI MENJAGA STABILITAS dan PENGAMAN para STATUS QUO semata!
Masya Allah, saya tadi sampai lupa menanyakan apakah Pak Sinyo Sarundayang tadi ujian mampu/berhasil baik dan percaya dirikah untuk dapat langsung menembus UGM pada program S3 nya? Semoga saja ya kita doakan bersama. Karena seorang Gubernur baik seperti beliau dengan semangat tinggi untuk kembali kuliah melalui proses berkuliah yang baik dan benar wajib kita dukung adanya. Yang jelas adalah bahwa Gubernur Sulut is the best, karena beliau menghargai sebuah PROSES pendidikan yang seharusnya, beliau tidak bersedia melakukan upaya short cut dengan menggunakan jasa calo ijazah aspal (asli tapi palsu) hanya sekedar demi gengsi mengikuti Pilkada. Yah, semacam Pilkada di Banten 2006 yang lalu lah!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!

***

Read more!

Saturday 25 April 2009

Manusia Sebenarnya Sedang Tidur

Mencoba mencari pemaknaan yang terbaik bagi hati ditengah situasi tidak menggembirakan belakangan ini baik melalui buku-buku dan bacaan lain via internet, saya menemukan tulisan lama ini yang pernah diterbitkan dimajalah Islam NOOR dari kelompok usaha majalah FEMINA. Besar harapan saya ada sedikit pencerahan bagi kita semua terkait dengan pemaknaan hidup dan kehidupan kita didunia ini. Selamat menikmati…Tulisan Lamaku pada Majalah Noor

Jakarta, 12 Juli, 2004
Oleh Marissa Haque Fawzi

Untuk Majalah Noor edisi September 2004.

Dalam sebuah perenungan panjang, tatkala kutatap lalu lalang manusia yang menyemut dalam sebuah perjalanan panjang Bintaro ke Jakarta Pusat, terbayang wajah-wajah banyak manusia melangkah dengan mata terpejam. Ah, mereka sedang tidur!

Annemarie Schimmel, seorang wanita keras hati namun halus budi yang dititipi Allah kecerdasan diatas rata-rata dengan kemampuan verbal yang sangat lancar, adalah salah seorang role model ku didunia Sufisme/Tasawuf. Dalam salah satu buku tulisannya yang berjudul Jiwaku adalah Wanita, didalam paragraf pembukanya diceritakan sebuah kisah tentang seorang guru India yang sedang berkunjung ke Damaskus, Syria. Buku yang diceritakan tersebut adalah sebuah buku tua terbitan 1872 dengan judul Padmanaba dan Hasan. Disana sang guru India tersebut memperkenalkan awal langkah misteri kehidupan spiritual kepada seorang anak laki_laki yang bernama Hasan yang membawanya kesebuah ruang bawah tanah. Ada sebuah keranda yang berdampingan dengan bekas singgasana Raja teronggok, dikelilingi sekumpulan harta benda ratna mutu manikam yang tak ternilai. Pada keranda tersebut terpatri kata-kata “…sebenarnya manusia itu semua sedang tidur, ketika mereka meninggal dunia, pada saat itulah mereka sebenarnya terbangun.” Schimmel kemudian baru menyadari belakangan bahwa ternyata sepenggal kata-kata yang terpatri tersebut adalah hadis Rasulullah Muhammad yang amat disukai dikalangan para Sufi dan penyair dunia Islam.

Didalam konteks posisiku sebagai anggota DPR terpilih periode 2004-2009 melalui partai Politik PDI Perjuangan, aku merasakan sepotong tulisan yang saya kutip diatas dari buku Annemarie Schimmel, adalah sebuah metafora pula dari penggalan lain langkah kehidupanku dalam kaitan dengan dunia politik. Betapa kehidupan singkat manusia ini hanyalah sepenggal mimpi pendek bunga tidur yang akan menetukan sebuah kehidupan abadi lainnya setelah alam dunia ini. Betapa sesungguhnya mimpi pendek ini sangat silau dengan tipu daya yang menjerumuskan. Alangkah kita nantinya akan menyesali ayunan langkah kehidupan yang telah kita lakukan, saat kita menyadari bahwa dikala mati kelak tidak satupun harta dunia akan terbawa.

Menjadi seorang anggota DPR, merupakan amanah sekaligus ujian dan jebakan yang nyata, yang akan menguji apakah dipenghujung langkah hidupku kelak aku layak menjadi kekasih Allah dan sahabat Rasulullah. Dimana kebutuhan transendental merupakan intrinsik atau innate property yang membuat setiap manusia itu cinta Illahi—apapun agama yang dipeluknya—dan ingin bersatu dengan Nya dikehidupan abadi kelak. Saat itu adalah saat dimana manusia sudah benar-benar bangun dari tidurnya. Namun sekarang masalahnya. Apakah manusia mengetahui bahwa sebenarnya mereka itu sedang tidur pada saat mereka sedang melakukan aktifitas kesehariannya? Wallahualam bisawab. Semoga Allah SWT membimbing pada jalan keselamatan didunia dan di akhirat, dan mengumpulkan kita semua kelak didalam tempat yang sejuk serta penuh dengan cahaya cinta kasih abadi.

***

Read more!

Rinduku pada Chikita Fawzi: Marissa Haque

Kiki si Bungsuku

Entah mengapa hari-hari belakangan ini ada rasa rindu yang meletup-letup dihati pada Kiki panggilan sayangku pada sibungsu kami – Ikang Fawzi dan Marissa Haque – Marsha Chikita Fawzi. Rasanya sangat ingin saya dan Ikang bersegera terbang ke Malaysia untuk memeluk dirinya kuat-kuat. Kami rindu bau ompolnya ketika kecil, juga bau iler-nya ketika tidur saat bayi… Kata beberapa kerabat kami, secara fisik juga termasuk bakat dan minat sedari kecil Kiki memang sangat mirip saya sebagai ibunya. Juga ikatan emosianal kami juga sangat baik, sehingga bila salah satunya sedang tidak bahagia maka yang lainnyapun juga akan merasakan. Demikianlah kami adanya. Namun bukan berarti dengan Bella tidak dekat lho…, sama sekali bukan! Karena Bella juga mendapatkan limpahan kasih sayang yang sama dan seimbang dari kami kedua orang tuanya.

Chikita Fawzi

Kiki berkuliah di MMU (Malaysian Multi-media University) di kota Cyber Jaya, Malaysia dijurusan dengan kekhususan Film Animation. Karya-karyanya sebagai mahasiswa tahun kedua membuat saya tidak habis percaya apakah itu diproduksi oleh seorang anak perempuan yang pernah saya lahirkan? Karena karya animasi Kiki sangat indah dan penuh sentuhan cita rasa. Sejak kecil memang motorik halus Kiki sangat baik, sementara Bella sang kaka memiliki kemampuan verbal dan keberbahasaannya yang sangat baik.

Tulisanku kali ini memang sangat-sangatlah sederhana, karena saya sedang sangat lelah menonton TV, membaca internet, membuka koran pagi-koran sore… semuanya berisi kecurangan demi kecurangan Pileg 2009 menuju Pilpres 2009 serta pendiaman ribuan kasus-kasu pelanggran Pemilu.

Dan masih terbayang betapa Pilada Banten 2006 MEMANG SEBENARNYA berada dalam kondisi persis … sis… sis samaaaaa… dengan apa yang diteriakkan oleh rakyat Indonesia dari seluruh pelosok tanah air ditahun 2009 ini. Ah! Saya dan Ikang termasuk juga anak-anak kami hidup dan bertahan hidup, dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat bergetah penuh pamrih dan semakin manipulatif hari-hari belakangan ini!

Tentang Anak

Anak adalah memang titipan Tuhan, kita hanya diberi kesempatan penitipan untuk membesarkan para khalifah-Nya ini. Anak juga akan menjadi ujian bagi kedua orang tuanya didalam proses menbesarkannya. Namun anak juga yang akan memuluskan langkah perjuangan kita menuju Kekasih Abadi dialam Abadi kelak melalui doa ikhlas penuh cinta-kasih yang tak pernah berhenti bagi kedua orang tua dan orang-orang yang dekat dihatinya.

Allahu Akbar!

***

Read more!

Thursday 23 April 2009

Selamatkan Bumi dengan Tanganmu

IPB dan Lingkungan Hidup
Hari hari belakangan ini saya merasakan sebuah ‘kemewahan’ luar biasa dan agak ge-er bahwa saya being chosen untuk dapat turut menikmati pendidikan disalah satu kampus terbaik dinegeri ini IPB (Institut Pertanian Bogor). Walaupun disaat SMAN 8 (sekolah unggulan di Jakarta saat itu) saya lulus dari jurusan IPA, namun dengan seribu persen kesadaran penuh saya memilih sebuah fakultas dimana sayapun selalu punya waktu luang untuk shooting film yang menjadi instrumen aktualisasi diri saat itu. Akhirnya pilihan jatuh kepada Fakultas Hukum. Dan sebagai lulusan Fakultas Hukum saya tidak berani bermimpi untuk berdekat-dekatan dengan sebuah universitas yang sangat eksakta semacam IPB ini. Namun, sejarah hidup menetukan lain disaat saya masih duduk sebagai anggota DPR RI melalui suami Ce’ Hetty Koes Endang yang bernama Yusuf Emir Faisal, PhD (DPR RI/Fraksi PKB) dan Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (Menteri Kelalutan/PDIP) ditambah dorongan teman sesama kader PDIP asal Jambi Elviana dan Prof. Dr. Asep Saefudin, MSc sebagai Purek 4 IPB bidang Pengembangan Usaha saya mencoba ikutan tes masuk program Doktor dan surprisingly lolos pada sekitar tahun 2005.

Ketertarikan saya pada program PSL (Pusat Studi Lingkungan) ini karena memang menyaksikan dengan mata kepala sendiri kehancuran bumi didepan mata namun pemerintah Indonesia sangat naif didalam mengahadapi semua gejala kehancuran alam oleh keserakahan manusia penguasanya. PSL sebagai satu-satunya jurusan yang “multidisiplin” di IPB, juga menyediakan kelas eksekutif bagi orang-orang sibuk yang ingin tetap mengisi kognisinya dengan bidang keilmuan akademik (resmi) namun terhadang kesibukan waktu kerja dan tanggung jawab sosial lainnya. Saya masuk dikelas eksekutif Jumat dan Sabtu di Kampus Baranangsiang, Bogor ini selain karena memang dihari kerja sibuk sebagai anggota DPR RI, juga karena keuangan saya masih sangat lapang disaat itu. Dikelas tempat saya belajar dengan interior manis ber-air condition seperti sekolahku saat di Ohio, Amerika Serikat dulu adalah juga ruang kelas dimana Presiden SBY bersekolah. Sembari bercanda saya dan teman-teman sekelas sering ikutan gantian duduk ditempat Pak SBY dulu duduk dan mengatakan: ” … aaaah… siapa tahu jadi Presiden juga, atau minimal Menteri deeeeh!” tawa kami sekelas berderai bersahut-sahutan. Namun apakah sedemikian mudah lulus dari PSL-IPB? Hmmm… saya belum ingin menjawabnya pada tulisan pertama terkait IPB ini. Karena saya ingin memulainya dengan yang ringan-manis-lucu, sehingga enak untuk disimpan mengkristal didalam memoriku.

2-dosen-kesayangan-marissa-haque-dr-etty-riani-kekasih-allah

Dr. Etty Riani dari IPB

Tidak semua pengajar – para dosen – yang dapat berfungsi sebagai fasilitator. Sebenarnya hal ini terjadi dimanapun juga baik di IPB maupun kampus lain, dalam hal ini saya sangat yakin. Dari sejumlah pengajar yang dekat dihati – karena yang bersangkutan telah dipindah kejurusan lain di IPB karenanya saya ingin mengekspresikan rasa terimakasih saya kepada yang bersangkutan – adalah Ibu Dr. Etty Riani, Msi. Beliau ahli ikan dan air (limbah cair dan lain sebagainya). Rumahnya di Bogor dilokasi antara kampus Baranangsiang dan Darmaga. Orangnya pintar namun sangat bersahaja serta rendah hati sesuai dengan rata-rata karakter dasar para pengajar di IPB – sweet and tender hearted lecturers.

Sudah lama saya tidak bertemu dengan Bu Etty – demikian panggilan sayang kami sekelas untuknya. Terakhir jumpa disekitar akhir tahun lalu saat beliau tampil menjadi salah seorang pembicara pada diskusi ilmiah di Universitas Terbuka, Situ Gintung, Ciputat sekitar 5-10 menit dari rumahku di Pelangi Bintaro. Dengan rasa rindu saya menemui Bu Etty, menjemputnya serta mengajaknya makan Soto Betawi didepan rumahku yang terkenal kelezatannya diseantero Bintaro.

Saya sempat duduk sebagai peserta tamu diantara para peserta pada seminar tersebut yang mengangkat topik menarik yaitu tentang Energi Alternatif Ramah Lingkungan. Kita semua mengetahui bahwa lingkungan kita sekarang sudah benar-benar terancam dan kelestariannya sudah sangat menganggu sehingga dikhawatirkan tidak mampu mewariskannya untuk anak cucu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak kebijakan Indonesia belum menunjukkan keberpihakannya terhadap keseimbangan lingkungan hidup – sustainable developments. Padahal masalah kerusakan lingkungan hidup sudah mencapai batas yang sangat mengkhawatirkan. Nah, pada seminar dengan topik Energi Alternatif Ramah Lingkungan itulah Bu Etty tampil sebagai salah seorang pakar mewakili IPB. Kapasitas Ibu Dr. Ir. Etty Riani saat itu sebagai Sekretris Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pasca Sarjana IPB.

Bu Etty hari ini sudah tidak lagi berada di PSL-IPB, isu santer yang masuk ketelinga kami karena adanya internal politicings didalam jurusan ini. Walau sebagian lagi secara normatif formal mengatakan karena kontrak kerja Bu Etty sudah selesai dan tidak diperpanjang oleh Ketua Bidang Studi (bukan Dekan karena PSL bukan sebuah Fakultas). Beberapa mahasiswa adik kelasku mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka merasa sangat kehilangan seorang sekretaris jurusan yang penuh perhatian dan pembimbing disertasi yang dengan hati ikhlas tanpa pamrih menjalani fungsinya. Jauh dilubuk hati yang terdalam saya merasa teramat-sangat-kelewat prihatin, bahwa berpolitik praktis bukan terjadi hanya sekedar berada digedung DPR RI namun juga hadir didalam respectable kampus seperti IPB.

best-of-earth-day-by-google-2009-untuk-marissa-haque-fawzi-psl-ipbSelamatkan Bumi dengan Tanganmu

Kenangan mendalamku kepada Bu Etty adalah ketika kami semua didalam kelas selalu diingatkan agar melakukan tindakan penyelamatan bumi melalui tindakan sekecil apapun dan melalui disiplin ilmu apapun. Jadi bukan sekedar si ahli air (hidrolog) atau si ahli tanah (agronom) semata yang memikul tanggung jawab kelestarian lingkungan hidup namun kami-kami dari jurusan hukum dan ilmu sosial kemasyarakatan lainnya juga punya kewajiban memikul tanggung jawabnya. Terkesan seakan sebuah pemaksaan memang, namun dari sana saya merasakan adanya pembelaan dari seorang sekretaris program terhadap pandangan sinis dan ‘sebelah mata’ anak-anak eksakta terhadap kehadiran kami para mahasiswa pasca sarjana kelas Doktor dari jurusan non-eksakta di PSL-IPB.

Rupanya Bu Etty sering dipanggil sebagai saksi ahli bidang ANDAL (Analisan Dampak Lingkungan) dan AMDAL (Ananlisa Mengenai Dampak Lingkungan) dibeberapa pengadilan terkait kasus delik pidana lingkungan hidup. Dan selalunya (sebagaian besar) argumen ilmiah dari Bu Etty dan timnya (sebagian besar dari IPB) dikalahkan dipengadilan hanya karena ‘dugaan’ politisasi hukum dari keuangan yang maha kuasa dari yang ‘diduga’ para pelaku aktif mafia peradilan Indonesia. Inilah concern Bu Etty terhadap penegakan hukum pidana lingkungan hidup di Indonesia dimana IPB sebagai salah satu institusi pendidikan ditanah air yang memiliki jurusan lingkungan hidup belum dapat meneriakkan kebenaran Segi Tiga Munasinghe yang berisi keseimbangan dari ekologi-ekonomi-sosial didalam sebuah kerangka pikir sistemik yang holistik serta integrated.

Ibu Doktor Etty Riani adalah “IBU” kami di PSL-IPB. Posisi Ibu Etty dimasa kami sekelas kuliah tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun juga penggantinya hari ini. Dari kelompok saya sekelas ada yang sudah lulus, ada yang dipersulit dosen karena ‘diduga’ melakukan delik pidana pemerasan pendidikan, ada yang mulus proses disertasinya karena memiliki keleluasaan finasial dan posisi dikedirjenan tertentu ditanah air, ada yang masih jalan ditempat tidak maju-maju, dan ada yang sedang bersiap menemui Pak Rektor karena hak azazi manusianya (HAM) tidak dilindungi akibat komersialisasi pendidikan oleh oknum tertentu yang secara nyata besinggungan dengan delik pidana pendidikan bilamana secara internal tidak dicarikan jalan keluarnya, dan lain sebagainya. Harus diakui memang dunia pendidikan ditanah air masih eksklusif dan belum menjadi tempat bagi setiap orang untuk menuntut ilmu.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada seluruh institusi pendidikan ditanah air, dan tanpa melakukan penyeragaman serta tanpa harus menunjuk nama institusi pendidikan tertentu, kita harus mengakui bahwa mafioso pendidikan di Indonesia memang ada dan mereka eksis serta tersebar dimana-mana! Jadi bagaimana kedepannya kita wajib bersikap didalam menghadapi gaya menejemen institusi pendidikan seperti model ini, wa bil khusus terkait dengan UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang baru saja diketok-palukan namun mendapat respon negatif disana-sini dari seluruh Indonesia.

Selamatkan bumi dengan tanganmu menurut pesan Bu Etty, bagi saya hari ini juga termasuk pesan bagaimana menyelamatkan dunia pendidikan ditanah air yang berada diatas kulit kerak bumi didalam menejemen negara bernama Republik Indonesia. Semoga IPB menjadi salah satu pionir yang berani mengatakan BERANTAS MAFIA PENDIDIKAN di Indonesia!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!


Read more!

Wednesday 22 April 2009

Jangan Panik Dong Pak SBY (Belajar dari Kecurangan Pilkada Banten 2006)

Bahagia rasanya belakangan ini wa bil khusus per hari ini, I am not alone in my sorrow! Saya tidak sendirian lagi didalam meneriakkan kecurangan, ketidak adilan, manipulasi, dan puluhan-ribu kebohongan publik by design yang dilakukan secara sistemik dan berkelanjutan oleh yang ‘diduga’ sejumlah oknum sisa-sisa rezim status quo demi untuk mempertahankan kekuasaannya diera yang ‘katanya’ reformasi ini. Belasan tulisan dalam halaman-halaman harian Kompas hari ini tanggal 22 April 2009, termasuk dua sub-judul dari respon Presiden RI Pak SBY terhadap desakan teriakan curangnya pelaksanaan Pileg 2009, menggiring kita memahami sesuatu yang selama ini ‘diduga’ memang di-design oleh para ‘pemikir’ strategi internal nasional kita– para intelijen Indonesia. Kalau memang tidak curang, ya… santai saja lagi Pak Presiden-ku yang terhormat! Ingatkah saudara dan saudariku sekalian para pembaca blog-ku akan apa yang diceritakan oleh Nicolo Machiavelli didalam buku karya monumentalnya didalam Bahasa Italia berjudul Il Principe?

Cerita Nicolo Machiavelli dari Italia

Kurang lebih secara garis besar didalam buku tersebut secara kronologis diceritakan sebagai berikut; adalah kisah dari sebuah kerajaan di Italia dimana sebuah kelompok borjuis pemerintahan kerajaan yang baru saja ditumbangkan oleh sekelompok golongan yang berasal dari kaum proletar (warga miskin). Mereka menumbangkan sang Raja lalim sekaligus kelompok pemerintahan didalamnya. Saat itu rakyat didalam kerajaan tersebut sudah sangat tidak tahan atas prilaku korup, manipulasi, korupsi, nepotisme dan ribuan kebohongan publik lain sebagainya yang dilakukan oleh sang Raja lalim dan pemerintahannya. Bergotong-royong mereka berhasil mengumpulkan kekuatan melalui gerakan masal rakyat dengan hasil sangat mencengangkan. Yaitu berhasil ditumbangkannya sang Raja lalim tersebut berikut jajaran pemerintahannya. Nah, demi untuk menyelamatkan diri dari kejaran ranah hukum dari golongan proletar yang menang, maka golongan borjuis ini ‘berpura-pura’ menyerah dan bersedia menanggalkan ‘baju-baju’ kebesaran kelompok borjuisnya dan menggantikan dengan ‘jenis dan warna’ baju yang dipakai oleh kelompok proletar tadi. Kemudian waktu berjalan dengan menejemen pemerintahan baru yang seakan-akan benar-benar murni baru, padahal yang menjalankan pemerintahan bekas kerajaan raja lalim tersebut adalah orang-orang Raja lalim yang menyelamatkan diri dari tuntutan hukum dengan pura-pura ‘tobat’ dengan prilaku palsu seakan-akan telah berubah menjadi proletar juga.


Read more!

Tuesday 21 April 2009

Muliawati, Kartini dari Banten: Ibu Mertua Marissa Haque

Hari ini adalah Hari Kartini Indonesia yaitu tanggal 21 April 2009. Ditanggal yang sama – bila masih hidup – hari ini juga merupakan hari ulang tahun ibu mertuaku tercinta (Ratu) Setia Nurul Muliawati binti Tb. Mu’min asal Lebak, Banten. Ibu mertuaku yang biasa dipanggil dengan sebutan sayang Ibu Yuya sangat dekat secara emosional dengan saya, sekeluarga kami semua menganggap beliau sebagai Kartini Indonesia dari Lebak, Banten. Sebagai menantu-mertua hubungan kami disaat lalu adalah saling menyayangi serta memberikan perhatian penuh satu dengan lainnya. Sebuah foto eksklusif kami dibawah ini, diambil tak lama setelah saat lamaran kedua orang tua Ikang kepada kedua orang tuaku disuatu masa tahun 1986. Sebelum Ibu Yuya terkena stroke dan tak lama kemudian meninggal dunia (sebelum kami melangsungkan pernikahan).

Ibu Yuya adalah mantan Ibu Duta Besar Republik Indonesia yang sejak muda mendampingi sang suami Fawzi Abdulrani bertugas sebagai seorang diplomat muda muda Deplu (Departemen Luar Negeri) di beberapa penempatan diluar negeri semisal penempatan di Cairo-Mesir, Brussels-Belgium, Tokyo-Jepang, Kuala Lumpur-Malaysia, dan Karachi-Pakistan. Sebagai seorang istri diplomat karir, Ibu Yuya sangat fasih berbahasa asing semisal Inggris, Perancis, dan sedikit Jepang. Saya senang mendengarnya disaat ada kesempatan kemarin dulu itu beliau bercerita tentang segala sesuatunya yang terkait tugas kenegaraan mendampingi suami sebagai wakil Indonesia dibeberapa negara diluar negeri. Bagaimana tantangan membesarkan keempat anak balitanya dinegeri orang yang bersentuhan dengan aneka budaya yang sangat berbeda dengan yang seharusnya diberikan kepada keempat anaknya ditanah air.

Ibu Yuya yang berumah diwilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan adalah contoh hidup bagiku saat itu setelah Mama kandungku yang bertempat tinggal di Jalan Lapangan Roos, Tebet Utara, Jakarta Selatan. Kedua perempuan hebat yang sekarang telah almarhumah itu adalah spirit Kartini-kartini nyata bagi kehidupanku hari ini ditahun 2009.

Sebagai seorang perempuan asal Lebak, Banten Ibu Yuya tidak pernah lupa akan kampung halamannya. Almarhumah sering bercerita seperti apa situasi dan kondisi kampung halamannya disaat ditinggalkannya. Tidak terlalu menggembirakan situasi masyarakatnya. Kemiskinan dimana-mana. Kehidupan sinkretik juga dimana-mana – mereka ini adalah kelompok penganut faham kepercayaan namun ber KTP Islam. Ilmu sihir menjadi salah satu instrumen mencari nafkah yang banyak dipakai diarena perdukunan ranah Banten. Bahkan seorang Bung Karno diceritakan mempunyai seorang pintar didekat rumah Ibu Yuya yang dipercaya sebagai pemberikan sepotong tongkat ‘sakti’ penakluk para wanita yang sekaligus juga dipercaya mampu memberikan kekuatan magis bagi kewibawaan Soekarno saat itu – tongkat tersebut adalah yang sering dikepit dan dibawa kemana-mana oleh Presiden pertama RI tersebut. Nah, ayahanda Ibu Yuya-pun yang bernama Tubagus Mu’min – kakek dari Ikang Fawzi — dipercaya memiliki ‘sejumlah kemampuan’ layaknya penduduk asli asal Lebak, Banten. Semisal ‘dongeng’ disaat rumah mereka diserbu KNIL (tentara Belanda) untuk dibunuh karena sebagai Residen pertama Banten dengan kedudukan di Batavia (Jakarta) ternyata sang Kakek Tubagus Mu’min tersebut mengatur juga logistik rakyat Banten untuk melawan Belanda.

Nah, ketika serdadu KNIL menggerebeg rumah Mbah disaat pulang kampung di Lebak, maka dihalaman depan rumahnya didaerah Leuwi kawung, Lebak, Banten para serdadu berhadapan dengan penampakan seekor maung bodas (macan putih) yang menghadang. Ketika sang maung ditembak ternyata tidak mengenai apapun juga. Lalu ketika rumah Mbah Mu’min diobrak-abrik serdadu Belanda tersebut untuk dibunuh didepan anak-anak dan istrinya, mereka tidak mampu melihat Mbah Mu’min yang sedang duduk diujung meja makannya dengan diam dan sedang berkomat-kamit membaca mantera tertentu. Sebelumnya, sebelum para serdadu tersebut masuk, Mbah Mu’min mengatakan kepada ke 14 anak-anaknya (dari 2 istri karena istri pertamanya meninggal dunia) agar tetap tenang duduk, makan seperti biasa, dan jangan sekali-kali menatap tempat duduknya diujung meja makan mereka. Itulah sejumput cerita kenangan yang pernah saya dengar dari bibir Ibu Yuya disaat saya ‘mengapel’ Ikang saat pulang shooting film “Biarkan Bulan Itu” arahan sutradara Arifin. C. Noer.

Saya tidak tahu persis kebenaran cerita tersebut diatas, namun ketika saya bersosialisasi dengan timses PKS dan beberpa kader PDI Perjuangan yang setia kepada saya saat itu di Banten – disaat Pilkada Banten 2006 lalu – saya meluangkan waktu untuk berziarah kemakam Mbah Mu’min didaerah Pemakaman Leuwi Kawung, Lebak, Banten tersebut. Daaaan… makam tersebut menjadi sejenis (musyrik tentunya) pemujaan masyarakat setempat, saya juga melihat diatas makam tersebut tumbuh pohon beringin yang sangat lebat, besar dan… spooky! Karena disaat saya disana kok… perasaan saya tidak nyaman dan bulu kuduk saya berdiri terus seakan mengajak saya agar cepat-cepat pulang saja.

Suamiku bernama asli kelahiran Ahmad Zulfikar Fawzi, namun dasarnya urang Sunda maka mendapat nama panggilan kesayangan Kang Ikang. Ikang sendiri saat kecil tidak terlalu merasa dekat dengan kakeknya. Kenapa? Karena Ikang seringkali dipanggil si Goreng Patut oleh Mbah Mu’min. Karena dari keempat anak-anak Ibu Yuya dan Dato’ Fawzi Abdulrani (orang Mandar/Bugis/Sulsel), Ikanglah yang paling hideung atau paling gelap kulitnya – persis warna kulit Ibu Yuya. Sementara Mbah Mu’min merupakan budak Banten yang berkulit terang seperti orang Cina. Ibu Yuya berparas dan berpostur seperti Ibu kandungnya – istri Mbah Mu’min pertama yang meninggal – yaitu agak seperti orang Arab berkulit sawo matang.

Nah, Ikang katanya saat kecil sepulang bersama kedua orang tuanya dari Brussels-Belgia agak ‘gegar budaya.’ Sering mengejar cicak karena di Belgia katanya dinding apartemen Deplu di Brussels tidak ada cicak, memanjat dan sembunyi diatas pohon sawo dihalaman rumah kompleks Deplu di Jakarta. Lalu … ada yang unik, yaitu Ikang tidak bisa berbahasa Indonesia alias hanya mampu berbahasa Perancis dengan sang Kakek yang Urang Banten asli tersebut. Akhirnya karena si Mbah sering kesal, maka nama panggilan suamiku saat itu adalah Ikang si goreng patut (smile).

Namun ada masa dimana Mbah Mu’min mencari Ikang dan mendekapkan kepalanya didadanya. Yaitu beberapa saat sebelum meninggal dunia dengan sangat sulit – mungkin karena ‘aji pegangan’ beliau seperti kebanyakan layaknya urang Banten kolot – maka proses meninggal dunianya dulu itu disaksikan oleh anak dan istrinya sangat lama. Bahkan konon khabarnya membuat Mbah menjadi sangat menderita. Saat itu disaksikan banyak Mamang dan Bibinya Ikang diramalkan akan menjadi orang terkenal, banyak teman, dicintai kawan maupun lawan, dan… hehe… ini yang membuat saya agak ge-er yaitu akan mendapatkan seorang istri yang baik dan dikenal banyak orang. “Rasanya itu saya deh!”, begitu saya selalu bercanda dengan ipar-iparku disaat ngumpul bareng. Karena saya tahu mantan pacar Ikang disaat kuliah di FISIP-UI dulu juga seorang figur publik – Christine Panjaitan.

Saya mencintai Ikang Fawzi suamiku the one and only dengan sepenuh hati paket dengan segala kelebihan maupun kekurangannya – dan insya Allah sampai mati. Ikang memberi saya dua orang Kartini-kartini mungil calon pemimpin negeri ini. Ikang juga membiarkan saya menjadi aktual dan bangga terhadap diriku sendiri tanpa harus menjadi bayang-bayangnya.

Hari Kartini yang jatuh pas saat hari kelahiran Ibu Kartini berkesan ganda bagi keluarga kami, karena Ibu Yuya juga lahir ditanggal yang sama R. A. Kartini dilahirkan. Seorang perempuan mengabdi pada keluarga, menyukai ilmu bahasa, pandai memasak, dan merawat anak-anaknya menjadi generasi yang siap menjawab tantangan zaman itulah Ibu Yuya ibu mertuaku almarhumah tercinta.

Terimakasih Ibu Yuya tercinta atas kesediaan Ibu menjadi Ibu mertua teladanku seumur hidup. Akan kujaga Ikang Fawzi anak kesayanganmu beserta kedua orang cucu perempuanmu yang lahir melalui rahimku.

Doa kami pagi ini pada hari ulang tahunmu tanggal 21 April 2009 ini.

Ibu Yuya kami tercinta… dirimu telah pergi, namun spirit kekartinianmu terus melekat dihati kami semua para anak-mantumu selamanya.

Sampai tiba saat kami menyusulmu kelak…

I love you forever… Allahu Akbar!

Read more!

Monday 20 April 2009

Pecah Belah: Strategi Dasar Intelijen

Tentu kita wajib mengucapkan selamat kepada Partai Demokrat dan Presiden SBY atas perolehan suara yang spektakular pada Pileg 2009 yang baru saja lalu ini. Saya Marissa Haque Fawzi salah seorang kader PPP telah menyatakannya secara terbuka didalam wawancara live melalui TV One dikota Bandung saat lalu.Demikian seharusnya yang dilakukan oleh kita semua para stakeholders dalam perkembangan diplomasi politik-hukum di Indonesia. Politik santun yang mencerahkan serta memberikan kita manusia zoon politicon Indonesia menjadi lebih berbudaya didalam menjalankan aktivitas berpolitiknya. Two thumbs up untuk Presiden SBY dan Partai Demokrat didalam menjalankan metodologi serta teknik yang sangat rapih dan terkesan sangat akademik. Semoga ilmu beliau bukan sekedar belajar dari Akmil (Akademi Militer) dimasa mudanya, namun juga hasil dari keseriusan Presiden SBY pasca kuliah Program Doktor di FEP-IPB (Fakultas Ekonomi Pertanian-Institut Pertanian Bogor) di Bogor, Jawa Barat. Sejujurnya Presiden SBY adalah senior/kakak kelasku di IPB, Bogor.

Tulisan sederhana ini khusus saya tujukan kepada Bapak Dr (Hon). H. Bachtiar Chamsah, SE sebagai salah seorang pini sepuh di PPP asal dari salah satu unsur aliran Islam di PPP. Karena dipagi hari Minggu ini saya sangat terkejut dengan berita di Metro TV yang menyatakan bahwa Bapak Emron Pangkapi salah seorang kader senior terbaik partai melaporkan ke Polda Metro Jaya Bapak Menteri Sosial Bachtiar Chamsah dengan tuntutan Pasal 310 dan 311 KUH Pidana yang berisi dugaan atas Perbuatan Tidak Menyenangkan serta Pencemaran Nama Baik.

Dari sisi seorang praktisi dan pengamat hukum Indonesia, sejujurnya saya setuju seribu persen dengan apa yang telah dilakukan oleh Pak Emron Pangkapi atas nama pihak DPP PPP melalui jalur hukum positif Indonesia – law in practice. Karena langkah itulah yang paling terhormat dibandingkan dengan jalan pintas hukum jalanan yang mengubah peta demokrasi menjadi demo-crazy. Bahkan menurut saudara Eep Saefuloh Fatah disebut didalam ilmu politik sebagai Mobokrasi – menuju anarkisme.

Namun sejujurnya pula dilain pihak hati saya yang terdalam menangis sesegukan tidak rela melihat betapa saudara muslim sendiri saling baku-hantam bahkan cenderung baku-bunuh satu dengan lainnya. Wong kita-kita Islam-nya sama, Al Quran-nya sama, Syahadat-nya sama … kooook? Innalillahi wa innailaihi rojiuuunn….

Sadarlah Pak Bachtiar yang saya hormati … please... dari hati sanubari saya yang terdalam … please… jangan memprovokasi para kader dibawah untuk saling baku hantam antara sesamanya sendiri… please… saya sadar bahwa saya bukan siapa-siapa dan masih sangat baru di PPP. Sehingga saya sangat tahu diri untuk tidak membuat pernyataan dimuka publik dan tidak ingin memberikan statement apapun bilamana ditanya oleh teman-teman dari media. Namun melalui blog pribadi ini saya berdoa semoga Bapak atau salah seorang atau sekumpulan kader binaan Bapak ada yang membacanya lalu menyampaikannya ke Bapak untuk dimaknai serta diresapi didalam hati. Bahwa saling mengingatkan diantara sesama Muslim itu wajib adanya, dan walaupun saya masih berusia jauh dibawah Bapak namun saya mempunyai mata hati yang dapat melihat setiap kejadian karena selama ini mengambil jarak serta bersikap tidak ingin memihak kepada klik Bapak Bachtiar ataupun klik Bapak Surya Dharma Ali.

Kalau belakangan saya bersahabat dengan Ibu Indah Surya Dharma Ali, saya pikir saya juga cukup dekat dengan istri Bapak yang merupakan salah seorang Ibu Guru di SMUN 8 Jakarta Selatan yang merupakan SMA saya saat remaja dulu, ditempat mana saya mengalami ‘cinta monyet’ dan lalu menjadi penari Swara Maharddhika pimpinan Guruh Sukarnoputra dan menjadi artis yang dianggap sekolahan karena bersekolah disekolah SMA Negeri unggulan – dulu unggulan se Jakarta hari ini unggulan se Indonesia. Jadi semoga isi hati saya melalui blog ini bukan dianggap telah memihak kepada salah satu pihak yang sedang bersaing ingin menguasai PPP dan diduga untuk ‘diberikan’ kepada Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Bilamana kita sering membaca buku-buku terkait dunia intelijen – baik buku serius maupun tabloid Intelijen – maka yang dapat kita serap dari pelajarn didunia tersebut diatas adalah ilmu dasar mereka yaitu dengan mengambil manfaat dari setiap teknis friksi maupun konflik yang diciptakan. Metodologinya adalah Metode Pecah Belah, atau dizaman penjajahan Belanda dulu kita kenal dengan sebutan Devide et Impera. Jangan sampai PPP dalam waktu dekat ini seperti Partai Golkar yang di ‘Akbar Tanjung-kan’, lalu PKB yang di ‘Gus Dur-kan.’ Atau memang berniat membantu ‘oknum tertentu’ melakukan hal yang sama kepada PPP agar di ‘Surya Dharma Ali-kan,’ begitukah gerangan? Sadarlah Pak… seharus Bapak lebih mencintai Surya Dharma Ali saudara ‘kandung’ sendiri daripada mencintai Presiden SBY yang berbeda partainya. Bukankah Bapak dan Pak Surya Dharma Ali kemarin berikrar memajukan PPP untuk saling mendukung satu dengan lainnya sampai akhir masa jabatan selesai?

Saya fahami bahwa setiap dari kita manusia memiliki ambisi dan keinginan-keingainan bawah sadar yang men-drive kita untuk melakukan sesuatu. Termasuk ‘syahwat’ politik untuk kembali menjadi Menteri di kabinet siapapun yang menjadi Presiden RI-nya. Bapak Bachtiar telah dua kali menjadi Menteri Sosial. Pertama dijajaran kabinet ibu Megawati dan kedua dijajaran kabinet Bapak SBY. Memang Pak Bachtiar dapat kembali menjadi seorang Menteri, paling tidak Menko Kesra-lah. Namun apa memang caranya harus pakai demo-mendemo segala? Kan sebagai manusia politik yang mature dapat membiacarakannya baik-baik dengan yang telah disepakati menjadi Ketua Umum PPP – Bapak Surya Dharma Ali. Kalau begini akhirnya kan orang-orang diluar PPP akan mentertawakan kita semua, bukan malah bersimpati.Sebaiknyalah kita semua para kader dididik serta diajari melalui metode bil hal bukan sekedar bil lisan, semisal menyepakati let’s agree for nor agree. Berpikir kritis tanpa anarkis – baik secara kelompok atau individu. Membangun portal jembatan informasi yang dapat diakses siapapun dari manapun oleh para kader diseluruh Indonesia. Tentu dengan catatan asal ada willingness (kemauan). Jadi intinya adalah bukan ketidak mampuan, namun wajib dimulai dengan kemauan dahulu, baru diikuti oleh kemampuan. Portal ini dapat dipakai oleh kader untuk mempertanyakan situasi, ketidaksesuaian pendapat, dan segala macam pernyataan serta fenomena yang menjadi dinamika didalam partai. Dan bukan saja sekedar pertanyaan, namun juga ekspresi rasa dan uneg-uneg terkait mempertanyakan situasi dan kondisi partai, keputusan-keputusan partai yang ditetapkan, ketidak sesuaian pendapat, serta seluruh aspirasi-tuntutan dari para kader seluruh Indonesia agar terdengar-terbaca-terlihat. Itulah denyut nyata dari ‘ruh’ partai yang seharusnya dikembangkan. Bukan dengan cara demo dijalanan, memanggil wartawan buat meliput didalam menjelek-jelekkan saudara ‘sedaging’nya sendiri!

Memang saya telah menemukan sebuah situ dengan alamat: http://dinamikappp.blogspot.com. Namun isinya masih tabang pilih dan para kader tertentu ditempat tertentu tidak dapat mengirimkan berita perkembangan didapilnya masing-masing. Seharusnya webmaster mengundang para kader dari seluruh Indonesia untuk menjajal latihan menulisnya melalui email yang disebutkan didalam weblog tersebut lalu kemudian menyaring siapa-siapa saja yang berita serta ceritanya layak serta menarik untuk ditayangkan dialamat tersebut diatas. Sehingga rasa kebersamaan dan rasa memiliki diantara para kader dapat tumbuh adanya.

Hapunteeeen… Bapak Bachtiar Chamsah yang disayang Allah, bukan maksud saya ingin sok mengajari. Namun saya menulis didalam tulisan ini sebagai ekspresi rasa cinta saya kepada PPP yang sudah mulai sangat bertumbuh dan berkembang subur. Saya sudah dapat membayangkan ekspresi gaya ‘orang Melayu Medan’ Pak Bachtiar, yang biasanya akan berkomentar dengan aksen khas semisal: “ Bah… apa macam si Marissa ini. Macam sudah seperti kader lama saja lagaknya!” Hehe… ndak apa Pak Mensos yang baik… marahlah pada saya, pasti akan saya maafkan sepenuh hati! Karena saya juga tahu bahwa hati kecil Bapak sebenarnya baik sekali. Hanya sebagai manusia biasa kita-kita ini tidak pernah luput dari salah dan dosa. Tak ada dari kita yang seperti Rasulullah Muhammad SAW yang MAKSUM, yang terlepas dari semua unsur salah dan dosa. Allahu Akbar! Kita belum merdeka!

Read more!

Wednesday 15 April 2009

Membela Ketum PPP Surya Dharma Ali

Sedih menyaksikan pepecahan didalam tubuh partai yang dengan sengaja disebarkan kemedia luar luar partai hanya demi eksistensi golongan Islam tertentu semata. Cukup salah satu partai di Indonesia saja yang mengalami perpecahan internal karena faktor eksternalitas yang sebenarnya dapat dikendalikan - oknum yang sedang sangat ingin menjadi Presiden lagi namun perlu secara signifikan mendapatkan dukungan lebih banyak partai di DPR RI agar stabil bagi masa pemerintahannya kedepan karena direncanakan untuk dapat bertahan solid dalam menghadapi ‘gempuran’ opsisi kelak di DPR RI periode tahun 2009 keatas. Setelah saat barusan lalu ‘mereka’ diduga telah berhasil memecah belah kubu kelompok Nahdiyin di PKB, maka bila tidak waspada maka kini giliran PPP hendak mereka ‘cabik’ melalui oknum ‘boneka’ mereka didalam kepengurusan elit partai dijajaran kepengurusan DPP PPP. Kenapa kita tidak sadar bahwa kita sedang menuju karamnya kebersamaan sebuah kapal partai tertua di Indonesia?

Tidak Pentingnya Muktamar Luar Biasa PPP

Untuk siapa sebenarnya Muktamar tersebut diatas? Adakah seseorang yang benar-benar tengah ‘kebelet’ ingin kembali menjadi seorang menteri dijajaran pemerintahan SBY-JK yang akan datang dan bahkan sekedar hanya demi kepentingan kelompoknya sendiri atau bahkan kepentingan diri sendiri? Dimana sebenarnya ukhuwah Islamiah kita selama ini berada? Ataukah bahkan sebelumnya memang tidak pernah ada makanya kejadian ribut terus didalam kepengurusan seperti tak berkesudahan?Didalam masa injury time seperti sekarang ini - setelah mencontrengan dan suara setelah dari TPS ke PPS lalu ke PPK sebelum menuju KPUD dan KPU Pusat - sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana kita semua mampu mengevaluasi diri untuk mempertahankan agar PPP tidak menjadi sebuah partai yang hanya sekedar pernah besar dan sempat menjadi tempat persatuan ummat Islam namun karena kehabisan kader militan berkualitas terbaik akhirnya semata menjadi tinggal catatan sejarah - alias bubar akibat ‘perang’ tidak penting didalam internal partainya sendiri. Bila Muktamarlub tetap dikukuhkan oleh Ketua Dewan Penasehat PPP Bachtiar Chamsah agar Ketum PPP periode sekarang Surya Dharma Ali segera diganti karena dianggap gagal dan bertanggungjawab penuh ‘sendirian’ terhadap kemunduran suara PPP dari jumlah sekitar 8%-an pada periode tahun 2004 menjadi hanya 5%-an pada periode 2009 sekarang ini, maka akan semakin tampak secara transparan bahwa yang bersangkutan tengah sangat haus kekuasaan dan tengah bermain politik praktis bagi diri dan kelompok eksklusifnya sendiri.Dengan segala kerendahan hati diiringi rasa hormat saya yang sangat tinggi kepada Bapak Mensos Bachtiar Chamsah, SE, Dr (Hon) yang sekaligus sebagai Ketum atau God Father-nya Parmusi (Persatuan Muslimin Indonesia) - salah satu unsur pendiri PPP bersama-sama dengan NU (Nahdatul Ulama), Persis (Persaudaraan Islam), dan SI (syarikat Islam) - agar turut membuka mata hati diri sendiri bahawa terkait Mensos sebagai Pembantu Presiden yang memberikan dukungan penuh PPP program BLT dipenghujung Pemilihan Legislatif 2009 justru menggerus perolehan suara PPP dan partai-partai tua serta besar lainnya. Seharusnya disaat yang bersamaan, sebagai salah seorang pemimpin tinggi di PPP dapat turut melambungkan citra positif dan ‘murah hati’ partai sang Menteri. Namun apa yang terjadi? Kerja serta dedikasi Pak Mensos Bachtiar Chamsah dari PPP tidak memberikan dampak positif langsung bagi perkembangan PPP sebagai salah satu partai dari lima partai besar di Indonesia hari ini. Terbukti dengan penurunan signifikan hasil perolehan suara Pileg 2009 bagi PPP sekarang ini. Sehingga sangat masuk diakal bilamana justru kami-kami semua para kader PPP - termasuk saya Marissa Haque Fawzi sebagai salah seorang ader baru PPP - ingin bertanya apa adanya terkait kontribusi yang dilakukan oleh seorang Bachtiar Chamsah selama menjadi seorang Menteri dijajaran Kabinet Indonesia Bersatu Pimpinan SBY-JK. Apakah pelaksanaan program BLT ditujukan semata bagi kemajuan partai ‘sang tuan’ SBY-JK atau bagi kepentingan serta kemajuan PPP sebagai partai Islam tertua di Indonesia, atau bagi seluruh bangsa Indonesia tanpa terkecuali?

Read more!

Thursday 9 April 2009

Nisye dan Harry Maksum Kekasih Allah

Tak terhingga rasa terimakasih serta hutang budiku pribadi kepada – pasangan suami-istri yang sangat ikhlas ini – Nisye dan Harry Maksum dari PPP kota Bandung. Harry Maksum terlahir dari kedua orang tua beraliran Islam Parmusi, sementara Nisye istrinya terlahir dari kedua orang tua beraliran Islam Persis. Sejak awal kehadiran saya di Dapil Jabar 1 dimana saat awal saya merasa tidak pede alias ragu-ragu, untuk dapat menggarap dengan rapih-terencana­-terukur-terkendali untuk pelaksanaan Pileg 2009 ini, mendapatkan dorongan serta dukungan penuh dari mereka berdua — termasuk hampir seluruh keluarga besar Maksum dikota Bandung.

Kota Bandung memang spesial. Kalau diawal saya memiliki keterikatan emosional dengan kota Bandung karena memenangkan Piala Citra sebagai Pemeran Pembantu Wanita Terbaik pada FFI tahun 1985 pada film arahan almarhum sutradara Sophan Sophiaan berjudul “Tinggal Landas Buat Kekasih” dimana pada tahun yang sama tersebut saya sekaligus dinominasikan untuk dua film. Film kedua dimana saya dinominasikan adalah “Serpihan Mutiara Retak” yang disutradarai Wahab Abdi.Difilm “Tinggal Landas Buat Kekasih” itu pula saya menemukan jodoh luar dalam yang kemudian menjadi suamiku – insya Allah the one and only – Ikang Fawzi seorang mahasiswa tingkat akhir FISIP-UI jurusan Administrasi Niaga, anak seorang Duta Besar RI yang baru pulang tugas dari negara Pakistan, yang sekaligus juga seorang penyanyi rock yang mulai naik daun. Adalah seorang Produser PT. Gramedia Film yang pertama kali memperkenalkan Ikang pada saya saat itu, beliau adalah Bapak Edi Soehendro.

Kembali ke kota Bandung, persembahan Mas Harry dan Mbak Nisye untuk kebangkitan Petiga di Jawa Barat sangat luar biasa karena juga melibatkan seluruh anggota keluarga inti dan keluarga besarnya tanpa diminta. Sebagai sebuah partai memang PPP sangat unik. Pangsa pasarnya sama persis diakar rumput seperti PDIP partai lamaku. Namun tentu karena berlogo Ka’bah, PPP adalah sebuah partai dakwah yang dipenuhi doa serta shalawat sehingga sejujurnya jauh lebih ‘adem.’ Sayapun sejalan dengan perjalanan sosialisasi ‘memulung’ ilmu dari Mas Harry Maksum terkait dengan pergerakan Islam selama ini di Bandung, dan Jawa Barat. Mantan wartawan Republika alumni Fisip Unpad jurusan Komunikasi ini ternyata adalah kamus hidup berjalan terkait dengan ilmu Al-Quran dan Al-Hadist. Bagaimana caraku membayar kembali kebaikan serta keikhlasan hati mereka selama ini benar-benar belum mampu saya bayangkan hari ini. Kecuali sebuah doa panjang yang kupanjatkan malam ini bahwa silaturahmi yang telah manis kami jalin selama ini tak ingin kuputuskan sampai ajal menjemput diri kelak.

Keseriusan mereka bersama tim tandem membuahkan pertumbuhan energi internal yang mencengangkan. Rupanya semangat kemenangan 78% dari total score 100% sejak acara di Global TV kemarin, masih terbawa didalam kalbu seluruh teman-teman seperjuangan ini. Bahkan RA. Menik Kodrat sekpriku terkasih menjadi ter-maintain semangatnya karena terbawa oleh energi positif pasangan suami-istri ini.

Dari hati sanubari yang terdalam saya ingin mengekspresikan: “Terimakasih yang tak terhingga Mas Harry dan Mbak Nisye terkasih… terimakasih… terimakasih… terimakasih.” Semoga hasil akhir setelah pencontrngan tanggal 9 April kelak tidak terlalu mengecewakan hasilnya. Namun kiranya apapun yang terjadi setelah kerja keras dan kerja ikhlas kita semua tanpa terkecuali, hanya kepasrahan mengharapkan yang terbaik saja dimata Allah SWT bagi kita semua. Sehingga tidak perlu ada beban oleh karenanya, dan kita tetap bersaudara selamanya. Amiiiinn… Allahu Akbar!

Read more!