|
|
|
|
|
|

Friday 15 May 2009

Alhamdulillah, Akhi Zul Semakin Sering Muncul di TV

Saya dan Ikang Fawzi suamiku merasa kagum melihat semakin seringnya Mas Zul muncul diberbagai macam acara televisi belakangan mewakili partainya PKS. Mas Zul memang berstatus sebagai Wakil Ketua Bidang Politik dipartainya. Melihat Mas Zul di TV mengingatkan saya dan suamiku pada perjuangan di provinsi Banten yang belum selesai terhadap beragam kejahatan delik pidana pemilu dalam pelaksanaan Pilkada Banten 2006 lalu.

Zulkieflimasyah, SE, MSc, PhD adalah salah seorang kader bangsa Indonesia terbaik yang kita miliki hari ini. Dia adalah mantan runningmate-ku ketika kami bersama mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu dimana sampai hari ini saya masih menganggap bahwa Gubernur Banten sesungguhnya adalah Zulkieflimasyah, SE, MSc, PhD dan bukan Ratu Atut Chosiyah yang sejujurnya secara kualitas kognisi dan integritas jauh berbeda ibarat bumi dan langit bilamana dibandingkan dengan Mas Zul atau Akhi Zul panggilan akrab saya untuknya.

Hubungan baik saya dengan Mas Zul sering on-off-on-off. Pernah saling mendukung, namun pernah juga saya kecewa berat ketika mengetahi bahwa Zul ternyata melakukan hubungan ‘diplomasi’ dengan keluarga Atut justru pada saat saya sedang ‘berdarah-darah’ melawan dugaan money politics keluarga Atut melalui dugaan oknum Mafia Peradilan di Pengadilan TUN (Tata Usaha Negara) Jakarta, dimana tertangkap mata langsung oleh saya saat Mas Zul melakukan komunikasi personal langsung terlihat sangat akrab-‘mesra’ dengan Airin Rachmi Diany (adik ipar Ratu Atut istri dari Wawan/Tb. Chaeri Wardhana adik kandung Atut dari Ibu yang sama > ayah Atut memiliki beberapa orang istri sah) dibelakang salah satu pintu pengadilan TUN tempat saya bersidang berada

Kehadiran Mas Zul menemani saya diperdilan TUN guna menggugat Keppres yang dikeluarkan Presiden SBY atas pengangkatan Abuse of Power Ratu Atut Chosiyah bukan dengan tidak sengaja! Semua itu terjadi atas upaya keras pembujukan atas saran Ustadzah Kinkin kekasih Allah, karena menyaksikan bahwa pemaksaan pelantikan Ratu Atut sangat dipaksakan oleh Wapres Jusuf Kalla Ketum partai Atut pada saat bersamaan 2 (dua) buah sidang perdata dan TUN sedang dilangsungkanpada 2 (dua) pengadilan berbeda di Provinsi Banten dan DKI Jakarta. Secara nyata Wapres JK menabrak seluruh aturan pemilu pemilihan daerah langsung yang telah diatur UU.

Nah, kehadiran Mas Zul itu adalah saat the first and the last. Sebelumnya, Mas Zul tidak berkenan datang pada seluruh peradilan Indonesia yang saya coba untuk menjujurkan keadilan — dimana sebenarnya yang saya perjuangkan adalah untuk dia Zulkieflimansyah, SE, MSc, PhD menjadi Gubernur Banten! Yah… sebenarnyalah hak Mas Zul sesungguhnya menjadi Gubernur yang ‘dipinjam sementara’ oleh Ratu Atut Chosiyah, melalui kuasa kebesaran partai kuning yang membesarkan Atut dan keluarganya dengan mengabaikan seluruh aturan hukum positif di Indonesia yang katanya Negara hukum ini. Perjuangan melalui jalur hukum ini saya upayakan karena selain saya mengerti hukum juga alhamdulillah saya sangat faham akan gaya delik pidana yang diduga biasa dilakukan oleh oknum sisa kejayaan Orde Baru yang pura-pura ‘berreformis-ria’ namun ternyata melakukan langkah politik efektif persis sama dalam ‘menyiasati’ penegakan hukum dan HAM.

Alhamdulillah, karena dasarnya saya ini bukanlah seorang pribadi yang gampang menyerah pada keadaan, maka dengan ada ataupun tiada Mas Zul disampingku didalam perjuangan perjuangan untuk rakyat Banten, perlawanan saya atas seluruh kedzoliman yang terjadi saya jalani sendirian bersama beberapa kader perempuan PKS para ustadzah Kekasih Allah. Pasukan perempuan PKS Kekasih Allah ini sebagain dikomandani langsung oleh Ustadzah Kinkin dari Kabupaten Tangerang, Ukhti Sylvi dari Kabupaten Tangerang yang lalu pindah ke Jakarta Timur mengikuti suaminya yang Ketua DPC PKS Jaktim.

Saya merasa beruntung bahwa disaat saya meng-sms Ustad Hilmi Ketua Dewan Syuro PKS melaporkan sikap Mas Zul pada perjuangan saya melalui jalur hukum padahal demi untuk mengembalikan hak PKS itu kemudian terdengar ada nada dukungan dari beliau atas upaya saya tersebut. Dan entah apa yang terjadi didalam tubuh PKS karena saya tidak pernah menjadi kader PKS sehingga tidak tahu – akhirnya untuk pertama dan terakhir kalinya Mas Zul bersedia muncul di Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN) di Jakarta.

Seharusnya saya bahagia Mas Zul datang mengunjungi perjuangan ‘bersama’ tersebut. Walau pada kenyataan akhirnya, saya sebenarnya merasa bahwa sebaiknya memang Mas Zul tidak perlu datanglah! Kalau dalam kenyataan pada akhir hari sidang siang itu, saya harus menyaksikan dengan mata-kepala saya sendiri ‘kemesraan’ tertentu Zul dengan Airin adik ipar Atut yang membuat dada saya sesak dan ingin menangis!

Seluruh kejadian saat itu langsung saya laporkan kepada salah seorang Guru Spiritual Islamku dari PKS Bunda Yoyoh Yusroh/mbak Yoyoh/Umi Yoyoh. Berhamburan cucuran airmataku berderai dalam pelukan Bunda Yoyoh. Yah… Bunda Yoyoh Yusroh ini memang adalah satu dari ratusan perempuan PKS yang sampai detik ini bersemayam dilubuk hatiku yang terdalam. Bahkan rasanya sampai saya mati kelak. Walaupun dengan kesadaran seribu persen akhirnya saya tidak memilih bergabung PKS sebagai partai masa depanku, namun sejujurnya dari lubuk hati yang terdalam saya ingin mengekspresikan apa yang selama ini tersimpan direlung hatiku terdalam dengan rapih. Bahwa saya masih merasa berada dalam satu wadah kebersamaan Islamiah dengan para perempuan PKS Kekasih Allah di Shalimah.

Disamping para kader perempuan PKS dan sebagian besar anggota Shalimah yang saya cintai, dukungan dari keluarga intiku jdirumah juga merupakan unsur yang sangat dominan didalam perjalanan perjuangan Banten sampai dengan hari ini. Ikang Fawzi, Isabella dan Chikita Fawzi, adalah tiga Kekasih Allah mata hatiku yang menjadi faktor penguat luar biasa. Tanpa keluarga intiku ini, saya yakin tidak mungkin mampu dan kuat dan bertahan sampai dengan hari ini. Tentu juga, tanpa mengenyampingkan para pihak lainnya didalam turut mendoakan keberhasilan upaya menjujurkan keadilan dan membingkai politik dengan hukum di Indonesia yang sangat bergetah ini.

Kembali keacara pagi tadi di TV One, sambil sarapan bersama Ikang dan saya Marissa Haque menonton wawancara Mas Zul soal kemarahan serta keberatan yang luar biasa dari PKS terhadap Presiden SBY karena memutuskan untuk mengangkat Pak Budiono untuk menjadi Cawapresnya. Kami berdua hanya tersenyum saja sendirian sambil saling lirik penuh arti. Kelihatannya pendulum jam gadang (grand father clock) mulai bergeser! Ketika pada akhirnya Mas Zul yang pernah diusung oleh partainya sebagai salah seorang mentri muda ekonomi pada kabinet Pak SBY dimasa resufle kabinet kemarin dulu itu harus menelan pil pahit atas prilaku/sikap Capres SBY terhadap partai tercinta mereka PKS. Padhal sejak awal apapun ‘kesalahan’ yang telah dilakukan Presiden SBY, PKS selalu tampil paling depan selain Partai Golkar didalam berfungsi sebagai ‘bumper’ Partai Demokrat dan orang nomor satu didalamnya yaitu Pak SBY. Termasuk juga terhadap delik pidana Pilkada Banten 2006 dan gugatan Tata Usaha Negara atas pemaksaan pelantikan Ratu Atut Chosiyah sebuah Keppres produksi Presiden SBY yang mengandung unsur sangat kental ABUSE of POWER atau Detourment de Pouvoir.

Kembali kepada kesan kami terhadap Zul yang kami lihat tadi pagi, rasanya seperti bukan Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc yang pernah kami kenal dan kagumi dimasa lalu. Agak lumayan tersirat pancaran emosi dengan aura yang ‘…’, saya tidak ingin mengungkapkannya! Karena saya sekeluarga masih ingin mendoakan keberhasilan tim PKS utuk meyakinkan Presiden SBY agar salah satu kader PKS menjadi Cawapres Pak SBY dan bukan Pak Budiono yang terkenal memiliki aliran ekonomi liberal klasik yang persis sama seperti Presiden SBY.

Karenanya, saya juga membayangkan tentu mas Zul akan terkabul cita-citanya menjadi salah satu menteri dalam jajaran kabinet Pak SBY kalau kelak Wapresnya Presiden SBY datang dari PKS. Dan ekonomi Indonesia tidak harus menjadi ekstrim liberal seperti yang kita semua takutkan selama ini. Karena ekonomi ekstrim liberal akan men’jual’ keindonesiaan kita semua tanpa terkecuali dengan harga yang sangat-sangat murah. Yah… memang harus ada ‘perlawan masif‘ rakyat madani terhadap menggiringan Indonesia kepada serba liberal sekarang ini. Mengarahkannya kembali kepada arah distribusi kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia seperti apa yang dijamin oleh konstitusi kita dan dilindungi oleh UUD 45!

Yah, setiap dari kita tentu punya cita-cita dan itu wajar, serta harus ada! Dari hati sanubari kami yang terdalam kami mendoakan semoga Mas Zul dan PKS berhasil mengatasi keruwetan politik yang terjadi dialam komunikasi politik dengan Partai Demokrat serta Capres Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, MA. Kalau saya dan Ikang Fawzi suamiku hanya akan bersikap sesuai dengan keputusan partai kami masing-masing saja. Ikang Fawzi suamiku tercinta dari PAN kelihatannya tetap akan bersama Pak Prabowo Subiyanto dan menawarkan berpasangan dengan Pak Sutrisno Bachir sebagai Cawpresnya dan PPP masih menunggu signal yang lebih baik lagi dari Allah SWT akan kemana arahnya. Namun bila menuruti ‘pertanda’ yang muncul PPP kok juga kelihatannya agak ‘pegal hati’ juga dengan sikap lamban didalam hal mengambil keputusan Pak SBY terkait mengabulkan atau tidak mengabulkan beberapa syarat politik yang diminta PPP. Ah… kumaha engke wae-lah! Walau sebenarnya kitapun harus tetap alert alias waspada untuk menanyakan secara lebih aklamatif kepada Capres SBY… Pak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono yang disayang Allah dengan pertanyaan: “Pak Presiden, … engke kumaha Pak??? (smile)

Aaaaah… dari pada stress sendiri mendingan bernyanyi saja bersama Ikang Fawzi suami semata wayangku dengan judul “PREMAN BERDASI”!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!


No comments:

Post a Comment