|
|
|
|
|
|

Thursday 25 December 2008

Salam Kasih

Assalamualaikum wr, wb, … Salam sejahtera bagi kita semua,
Saudara dan saudariku terkasih setanah air, apa khabarnya? Semoga semuanya baik-baik saja ya? Salam perkenalan dari saya Marissa Haque. Saya ingin memiliki banyak sahabat baru dari kelompok pecinta dunia blog se Indonesia dan bilamana memungkinkan juga dari ranah internasional.

Saya ingin berbagi ilmu, pengalaman, bahkan dengan segala kerendahan hati termasuk sedikit nasehat spiritual kepada anda semua. Wa bil khusus yang terkait dengan SDALH (sumberdaya alam dan lingkungan hidup) yang terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia berusaha menyikapinya secara bijak, baik dan benar. Karena hari ini, kita menyaksikan kebangkrutan ekonomi kapitalistik akibat upaya sub-prime mortgage (’ternak’ uang/dengan cara memberikan tunjangan kepemilikan rumah bagi kelompok ‘duafa’ di AS yang menjaminkan resiko yang mungkin ditimbulkannya kepada beberapa pihak lainnya sehingga sulit ditelusuri lagi jejak entitas/wujud/thing barang jaminan real/nyatanya).

Indonesia sebagai Negara berkembang/dunia ketiga mau tidak mau hari ini mulai merasakan imbas negatifnya. Sebagai sebuah negara dengan penduduk Muslim terbesar pertama didunia, Indonesia memiliki jumlah penduduk Muslim sekitar 85% dari total jumlah 220 juta orang penduduk. Selama ini tidak pernah terlihat memiliki keberpihakan kepada keseimbangan kebijakan ekonomi-sosial-ekologi yang berbasis kepada sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Seluruh kebijakan Indonesia berbasis kepada economic growth (pertumbuhan ekonomi) semata.

Kita harus bangkit dengan sistem ekonomi milik kita sendiri. Sebuah sistem yang tumbuh dan berkembang sejatinya dekat dengan kepercayaan mayoritas penduduknya. Berupa salah satunya adalah intervensi dari negara atas keterjaminan pemerataan kesejahteraan bagi rakyatnya — (the Islamic way/the middle path/the third way) yang bukan sekedar mengejar segala sesuatu hanya berbasis kepada growth/pertumbuhan semata.

Inilah kritik saya terhadap teori ekonomi pembangunan yang dianut oleh Indonesia selama 6 (enam) periode pergantian Presiden RI sampai dengan sekarang. Dengan kekhususan kritik saya terhadap teori Trilogi Pembangunan pemerintahan SBY & JK — pro poor - pro growth - pro job. Melengkapinya dengan yang keempat sebagai Kwartologi Pembangunan yang pro kepada SDALH (pro environment).

Banyak yang belum tahu bahwa perjanjian Indonesia dengan IMF telah dimulai sejak saat Bung Karno selesai berpidato yang sangat berapi-api dengan mengatakan: “Go to hell with your aid America.”
Dan tak lama setelahnya sejarah mencatat dan kita semua tahu, bahwa atas tekanan faktor eksternalitas tak terkendali – The Washington Concensus (Rais, UGM, 2008) – Bung Karno secara terpaksa membuat 3 (tiga) buah Kepres terakhirnya sebelum masanya tiba meletakkan jabatan/dipenjara-rumahkan. Ketiga Kepres tersebut adalah Kepres 7, 8, dan 9 Tahun 1966 (Bashwir, UGM, 2008).

Saya hanya berpikir bahwa rasanya kini atas izin Allah SWT, kita sebagai sebuah bangsa dari negara yang bernama Indonesia dengan cara diplomatic way yang cantik dapat benar-benar bangkit memperjuangkan kembali kedaulatan sejati (souvereignity)-nya menjadi seutuhnya berada dipihak kita sendiri sebagai bangsa yang berdaulat. Karena kedaulat sejati yang terdiri atas: dari - oleh - untuk rakyat Indonesia.

Allahu Akbar! Merdeka!

Salam kasih, Marissa Haque Fawzi.

No comments:

Post a Comment