|
|
|
|
|
|

Thursday 16 July 2009

Mas Akhmad Guntar Saudaraku dari ITS-Surabaya, Jatim

Sumber: http://akhmadguntar.com/
Shift Happen, Hidup di Zaman yang Mencengangkan (ITS, Surabaya)
Hari sabtu 9 Februari 2008 kemarin saya mendapat kehormatan untuk memberikan seminar di hadapan lebih dari 200 orang dalam acara seminar Character Building. Seminar ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro yg juga menghadirkan Ibu Marissa Haque, yg serius bener2 keliatan masih berumur 30an. Dalam seminar itu saya mempresentasikan materi Menjadi Diri Sendiri, Globalisasi 3.0: Tantangan di Depan Mata + Shift Happen, dan Pengembangan Karakter di Zaman Global. Saya akan paparkan beberapa bagian dari presentasi saya di blog ini.

Kita seringkali dilatih untuk meyakini bahwa diri ini unik, bahwa setiap kita ini ibaratnya satu di antara seribu. Keyakinan semacam ini biasa ditanamkan untuk membentuk rasa percaya diri. Tapi klo kita mau serius menelaah pengibaratan ini, kita harus berani mengkoreksi batas2 percaya diri kita.

Jika Anda di Cina, lalu mengatakan bahwa Anda adalah satu di antara seribu, maka sesungguhnya masih terdapat 1,3 juta orang yang sama spt Anda. Penduduk Cina adalah 1,3 milyar, maka satu di antara seribu berarti… Got it? Jika Anda mengatakan perihal yg sama di India, maka sesungguhnya masih ada 1,1 juta orang yg sama spt Anda. Sehingga jika Anda di Indonesia ini mengatakan bahwa Anda adalah satu di antara seribu, …you do the math.

Apakah Anda sudah merasa unik mentang2 jago web programming, jago bahasa inggris, pinter basket dan memasak? Merasa unik karena Anda adalah seorang melankolis koleris yang pandai berbicara di depan umum? Well, sadly, masih banyak orang yg berpeluang sama spt Anda. Anda tidaklah benar2 unik. Kecuali jika Anda bukan berbicara tentang karakter & kompetensi, melainkan retina & sidik jari.

Masalahnya ini bukan cuma perkara hitung berhitung satu banding seribu. Saya gunakan contoh Cina dan India karena mereka adl negara dg jumlah populasi orang pintar yg mengerikan. Bayangkan saja, seperempat dari seluruh penduduk di Cina-dan kita ambil dari tingkat IQ tertinggi darinya-itu jumlahnya masih jauh lebih banyak ketimbang seluruh populasi Amerika Utara. Sama juga, sepertiga dari total populasi di India itu juga masih lebih banyak ketimbang seluruh populasi Amerika Utara.

Lantas?

Mereka berdua punya lebih banyak anak-anak berprestasi jauh melebihi Amerika Kanada dan apalagi kita. Cina dalam waktu dekat ini akan menjadi negara dengan jumlah penduduk mampu berbahasa inggris terbesar di dunia. Bila kita mengambil seluruh jenis pekerjaan yang ada di Amerika dan memboyongnya ke Cina, maka sesungguhnya Cina masih akan mengalami surplus tenaga kerja.

Bicara lebih jauh lagi tentang pekerjaan, mantan sekretaris pendidikan Amerika Serikat Richard Riley mengatakan bahwa sepuluh pekerjaan yg paling diminati pada 2010 nanti itu belum pernah ada di 2004. Kita saat ini sesungguhnya sedang mempersiapkan para pelajar kita untuk pekerjaan2 yang belum ada, yang mana menggunakan teknologi2 yang sekarang ini belum diciptakan, untuk memecahkan masalah2 yang kita bahkan belum tau bahwa itu masalah.

We are currently preparing students for jobs that don’t yet exist…using technologies that haven’t been invented…in order to solve problems we don’t even know are problems yet.

Kita sekarang hidup di jaman eksponensial. Ada lebih dari 2,7 milyar pencarian yang dilakukan melalui google setiap bulannya. Sebelum google ada, Anda dulu nanya ke sapa coba? Kebayang ngga? Jumlah informasi yang beredar saat ini amat sangat berlimpah. Bayangkan saja, diestimasikan bahwa jumlah informasi yang terkandung di edisi selama satu minggu New York Times itu masih lebih banyak ketimbang jumlah informasi yang ditemui oleh seseorang yang hidup di abad 18, mulai dari lahir hingga meninggalnya.

Jumlah technical information yang beredar saat ini tu berlipat dua setiap dua tahun. Sehingga untuk para mahasiswa yang mengambil pendidikan teknik empat tahun, ini artinya separuh dari apa yang mereka pelajari pada tahun pertama akan menjadi usang pada tahun ketiga perkuliahan mereka. Pada 2010, diperkirakan berlipat duanya informasi ini terjadi setiap 72 jam sekali.

Itu semua adalah fakta yang mengerikan. Lantas kita bisa apa?

Kita bisa saja memilih untuk menyalahkan pemerintah. Jika pada 2002 Nintendo Games telah berani menginvestasikan sebesar 140 juta dollar untuk riset dan pengembangan, maka berapa juta dollar kah yang telah pemerintah kita habiskan untuk riset dan inovasi di bidang pendidikan?

Kita bisa juga berdalih bahwa kita ini emang nasibnya apes, dasar pemerintahnya lamban segala macem. Global Competitive Index kita saja masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sementara Growth Competitive Index kita ada di peringkat 50 dunia. To make things worse, dalam Economic Outlook 2008, Kepala Ekonom Bank Mandiri, Martin Panggabean berkata, “Boro-boro menambah lapangan kerja, enggak berkurang saja sudah untung. Kami perkirakan lapangan kerja menciut 1,6%, atau akan ada penciutan jumlah lapangan kerja hingga lebih satu juta.”

Kita tentu bisa memilih yang lain.

Kita bisa memilih untuk berubah dan segera mengambil tindakan. Menurut saya, salah satu bentuk awalannya adalah dengan melakukan bedah diri; menemukan titik kuat dan bakat, serta menggunakannya sebagai instrumen untuk mengembangkan kompetensi dan pengalaman pembelajaran.


No comments:

Post a Comment