
Tulisan sederhana ini khusus saya tujukan kepada Bapak Dr (Hon). H. Bachtiar Chamsah, SE sebagai salah seorang pini sepuh di PPP asal dari salah satu unsur aliran Islam di PPP. Karena dipagi hari Minggu ini saya sangat terkejut dengan berita di Metro TV yang menyatakan bahwa Bapak Emron Pangkapi salah seorang kader senior terbaik partai melaporkan ke Polda Metro Jaya Bapak Menteri Sosial Bachtiar Chamsah dengan tuntutan Pasal 310 dan 311 KUH Pidana yang berisi dugaan atas Perbuatan Tidak Menyenangkan serta Pencemaran Nama Baik.
Dari sisi seorang praktisi dan pengamat hukum Indonesia, sejujurnya saya setuju seribu persen dengan apa yang telah dilakukan oleh Pak Emron Pangkapi atas nama pihak DPP PPP melalui jalur hukum positif Indonesia – law in practice. Karena langkah itulah yang paling terhormat dibandingkan dengan jalan pintas hukum jalanan yang mengubah peta demokrasi menjadi demo-crazy. Bahkan menurut saudara Eep Saefuloh Fatah disebut didalam ilmu politik sebagai Mobokrasi – menuju anarkisme.
Namun sejujurnya pula dilain pihak hati saya yang terdalam menangis sesegukan tidak rela melihat betapa saudara muslim sendiri saling baku-hantam bahkan cenderung baku-bunuh satu dengan lainnya. Wong kita-kita Islam-nya sama, Al Quran-nya sama, Syahadat-nya sama … kooook? Innalillahi wa innailaihi rojiuuunn….
Sadarlah Pak Bachtiar yang saya hormati … please... dari hati sanubari saya yang terdalam … please… jangan memprovokasi para kader dibawah untuk saling baku hantam antara sesamanya sendiri… please… saya sadar bahwa saya bukan siapa-siapa dan masih sangat baru di PPP. Sehingga saya sangat tahu diri untuk tidak membuat pernyataan dimuka publik dan tidak ingin memberikan statement apapun bilamana ditanya oleh teman-teman dari media. Namun melalui blog pribadi ini saya berdoa semoga Bapak atau salah seorang atau sekumpulan kader binaan Bapak ada yang membacanya lalu menyampaikannya ke Bapak untuk dimaknai serta diresapi didalam hati. Bahwa saling mengingatkan diantara sesama Muslim itu wajib adanya, dan walaupun saya masih berusia jauh dibawah Bapak namun saya mempunyai mata hati yang dapat melihat setiap kejadian karena selama ini mengambil jarak serta bersikap tidak ingin memihak kepada klik Bapak Bachtiar ataupun klik Bapak Surya Dharma Ali.
Kalau belakangan saya bersahabat dengan Ibu Indah Surya Dharma Ali, saya pikir saya juga cukup dekat dengan istri Bapak yang merupakan salah seorang Ibu Guru di SMUN 8 Jakarta Selatan yang merupakan SMA saya saat remaja dulu, ditempat mana saya mengalami ‘cinta monyet’ dan lalu menjadi penari Swara Maharddhika pimpinan Guruh Sukarnoputra dan menjadi artis yang dianggap sekolahan karena bersekolah disekolah SMA Negeri unggulan – dulu unggulan se Jakarta hari ini unggulan se Indonesia. Jadi semoga isi hati saya melalui blog ini bukan dianggap telah memihak kepada salah satu pihak yang sedang bersaing ingin menguasai PPP dan diduga untuk ‘diberikan’ kepada Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Bilamana kita sering membaca buku-buku terkait dunia intelijen – baik buku serius maupun tabloid Intelijen – maka yang dapat kita serap dari pelajarn didunia tersebut diatas adalah ilmu dasar mereka yaitu dengan mengambil manfaat dari setiap teknis friksi maupun konflik yang diciptakan. Metodologinya adalah Metode Pecah Belah, atau dizaman penjajahan Belanda dulu kita kenal dengan sebutan Devide et Impera. Jangan sampai PPP dalam waktu dekat ini seperti Partai Golkar yang di ‘Akbar Tanjung-kan’, lalu PKB yang di ‘Gus Dur-kan.’ Atau memang berniat membantu ‘oknum tertentu’ melakukan hal yang sama kepada PPP agar di ‘Surya Dharma Ali-kan,’ begitukah gerangan? Sadarlah Pak… seharus Bapak lebih mencintai Surya Dharma Ali saudara ‘kandung’ sendiri daripada mencintai Presiden SBY yang berbeda partainya. Bukankah Bapak dan Pak Surya Dharma Ali kemarin berikrar memajukan PPP untuk saling mendukung satu dengan lainnya sampai akhir masa jabatan selesai?
Saya fahami bahwa setiap dari kita manusia memiliki ambisi dan keinginan-keingainan bawah sadar yang men-drive kita untuk melakukan sesuatu. Termasuk ‘syahwat’ politik untuk kembali menjadi Menteri di kabinet siapapun yang menjadi Presiden RI-nya. Bapak Bachtiar telah dua kali menjadi Menteri Sosial. Pertama dijajaran kabinet ibu Megawati dan kedua dijajaran kabinet Bapak SBY. Memang Pak Bachtiar dapat kembali menjadi seorang Menteri, paling tidak Menko Kesra-lah. Namun apa memang caranya harus pakai demo-mendemo segala? Kan sebagai manusia politik yang mature dapat membiacarakannya baik-baik dengan yang telah disepakati menjadi Ketua Umum PPP – Bapak Surya Dharma Ali. Kalau begini akhirnya kan orang-orang diluar PPP akan mentertawakan kita semua, bukan malah bersimpati.

Memang saya telah menemukan sebuah situ dengan alamat: http://dinamikappp.blogspot.com. Namun isinya masih tabang pilih dan para kader tertentu ditempat tertentu tidak dapat mengirimkan berita perkembangan didapilnya masing-masing. Seharusnya webmaster mengundang para kader dari seluruh Indonesia untuk menjajal latihan menulisnya melalui email yang disebutkan didalam weblog tersebut lalu kemudian menyaring siapa-siapa saja yang berita serta ceritanya layak serta menarik untuk ditayangkan dialamat tersebut diatas. Sehingga rasa kebersamaan dan rasa memiliki diantara para kader dapat tumbuh adanya.
Hapunteeeen… Bapak Bachtiar Chamsah yang disayang Allah, bukan maksud saya ingin sok mengajari. Namun saya menulis didalam tulisan ini sebagai ekspresi rasa cinta saya kepada PPP yang sudah mulai sangat bertumbuh dan berkembang subur. Saya sudah dapat membayangkan ekspresi gaya ‘orang Melayu Medan’ Pak Bachtiar, yang biasanya akan berkomentar dengan aksen khas semisal: “ Bah… apa macam si Marissa ini. Macam sudah seperti kader lama saja lagaknya!” Hehe… ndak apa Pak Mensos yang baik… marahlah pada saya, pasti akan saya maafkan sepenuh hati! Karena saya juga tahu bahwa hati kecil Bapak sebenarnya baik sekali. Hanya sebagai manusia biasa kita-kita ini tidak pernah luput dari salah dan dosa. Tak ada dari kita yang seperti Rasulullah Muhammad SAW yang MAKSUM, yang terlepas dari semua unsur salah dan dosa. Allahu Akbar! Kita belum merdeka!
No comments:
Post a Comment