|
|
|
|
|
|

Wednesday 27 May 2009

Dagang Sapi KPU Pusat Jakarta 2009 melalui Oknum Saksi PPP


JAKARTA, KOMPAS.com- Bukan hendak syuting, pasangan artis Ikang Fawzi dan Marissa Haque yang sebelumnya juga menjadi calon anggota legislatif mengajukan komplain atas penetapan calon anggota legislatif ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin (25/5).

Beserta caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) Dedy Djamaludin Malik, Ikang dan Marissa menduga adanya kecurangan dalam proses penetapan caleg terpilih pada tahap ketiga pembagian kursi di daerah pemilihan Jawa Barat.

“Caleg PPP Nu’man Abdul Hakim harusnya suaranya hangus. Dedi Djamaludin Malik harusnya mendapat kursi karena memperoleh suara tertinggi di tahap ketiga,” tutur Marissa seusai menemui komisioner KPU Andi Nurpati.

Baik Ikang maupun Marissa menduga ada permainan yang dilakukan antara saksi parpol dan KPU dalam penetapan caleg terpilih. Menurut Marissa, sebenarnya di tahap ketiga penghitungan kursi di tingkat provinsi, PAN memiliki sisa suara tertinggi dan memenuhi Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). “Tapi hak PAN sebagai partai dengan sisa suara tertinggi yang lebih punya hak, dikebiri oleh PPP,” ujar Marissa yang juga berasal dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

“Kami ga menang juga ga papa. Tp lebih kepada rasa keadilan yang terusik. Ini telanjang, siapapun bisa menghitungnya,” tambah Marissa.

Ikang dan Marissa pun curiga terhadap permainan oknum partai untuk melakukan negosiasi di luar partai. Menurut Ikang yang menjadi caleg Partai Amanat Nasional (PAN) di dapil Banten I, dalam penghitungan tahap ketiga, sisa kursi hanya terdapat di dapilnya. Dapil Banten II dan III sudah terisi semua.

“Otomatis saya yang masuk (di penghitungan tahap ketiga) dengan total suara 30.000-an. Sisa kursi kan di dapil 1. Tapi saya dengar oknum-oknum partai (PAN) ngotot diserahkan kepada Ketua DPW setempat,” tutur Ikang.

Ketika Ikang dan Marissa ditanyakan respon masing-masing partai mereka, keduanya sama-sama mengatakan proses penetapan tidak transparan. Apalagi dengan kondisi internal partai yang sedang terbelah menjelang Pilpres.

Marissa bahkan mengatakan telah menghubungi Ketua Umum PPP Suryadharma Ali. “Dia (SDA) malah bilang, ‘Dilawan aja Fernita. Kalau dibilang begitu, berarti itu keputusan Fernita, bukan keputusan partai,” tutur Marissa dengan gusar. Fernita adalah saksi PPP dalam rekapitulasi suara dan kursi.

Menurut Marissa, respon KPU juga tak memuaskan. KPU menyerahkan perdebatan kepada saksi parpol yang bersangkutan.

Selanjkutnya, Marissa berencana melaporkan Fernita, saksi PPP dalam rekapitulasi suara dan kursi bersama KPU, ke Polda Metro Jaya atas dugaan penyelundupan hukum atas kecurangan penetapan caleg terpilih.



Read more!

Friday 15 May 2009

Alhamdulillah, Akhi Zul Semakin Sering Muncul di TV

Saya dan Ikang Fawzi suamiku merasa kagum melihat semakin seringnya Mas Zul muncul diberbagai macam acara televisi belakangan mewakili partainya PKS. Mas Zul memang berstatus sebagai Wakil Ketua Bidang Politik dipartainya. Melihat Mas Zul di TV mengingatkan saya dan suamiku pada perjuangan di provinsi Banten yang belum selesai terhadap beragam kejahatan delik pidana pemilu dalam pelaksanaan Pilkada Banten 2006 lalu.

Zulkieflimasyah, SE, MSc, PhD adalah salah seorang kader bangsa Indonesia terbaik yang kita miliki hari ini. Dia adalah mantan runningmate-ku ketika kami bersama mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu dimana sampai hari ini saya masih menganggap bahwa Gubernur Banten sesungguhnya adalah Zulkieflimasyah, SE, MSc, PhD dan bukan Ratu Atut Chosiyah yang sejujurnya secara kualitas kognisi dan integritas jauh berbeda ibarat bumi dan langit bilamana dibandingkan dengan Mas Zul atau Akhi Zul panggilan akrab saya untuknya.

Hubungan baik saya dengan Mas Zul sering on-off-on-off. Pernah saling mendukung, namun pernah juga saya kecewa berat ketika mengetahi bahwa Zul ternyata melakukan hubungan ‘diplomasi’ dengan keluarga Atut justru pada saat saya sedang ‘berdarah-darah’ melawan dugaan money politics keluarga Atut melalui dugaan oknum Mafia Peradilan di Pengadilan TUN (Tata Usaha Negara) Jakarta, dimana tertangkap mata langsung oleh saya saat Mas Zul melakukan komunikasi personal langsung terlihat sangat akrab-‘mesra’ dengan Airin Rachmi Diany (adik ipar Ratu Atut istri dari Wawan/Tb. Chaeri Wardhana adik kandung Atut dari Ibu yang sama > ayah Atut memiliki beberapa orang istri sah) dibelakang salah satu pintu pengadilan TUN tempat saya bersidang berada

Kehadiran Mas Zul menemani saya diperdilan TUN guna menggugat Keppres yang dikeluarkan Presiden SBY atas pengangkatan Abuse of Power Ratu Atut Chosiyah bukan dengan tidak sengaja! Semua itu terjadi atas upaya keras pembujukan atas saran Ustadzah Kinkin kekasih Allah, karena menyaksikan bahwa pemaksaan pelantikan Ratu Atut sangat dipaksakan oleh Wapres Jusuf Kalla Ketum partai Atut pada saat bersamaan 2 (dua) buah sidang perdata dan TUN sedang dilangsungkanpada 2 (dua) pengadilan berbeda di Provinsi Banten dan DKI Jakarta. Secara nyata Wapres JK menabrak seluruh aturan pemilu pemilihan daerah langsung yang telah diatur UU.

Nah, kehadiran Mas Zul itu adalah saat the first and the last. Sebelumnya, Mas Zul tidak berkenan datang pada seluruh peradilan Indonesia yang saya coba untuk menjujurkan keadilan — dimana sebenarnya yang saya perjuangkan adalah untuk dia Zulkieflimansyah, SE, MSc, PhD menjadi Gubernur Banten! Yah… sebenarnyalah hak Mas Zul sesungguhnya menjadi Gubernur yang ‘dipinjam sementara’ oleh Ratu Atut Chosiyah, melalui kuasa kebesaran partai kuning yang membesarkan Atut dan keluarganya dengan mengabaikan seluruh aturan hukum positif di Indonesia yang katanya Negara hukum ini. Perjuangan melalui jalur hukum ini saya upayakan karena selain saya mengerti hukum juga alhamdulillah saya sangat faham akan gaya delik pidana yang diduga biasa dilakukan oleh oknum sisa kejayaan Orde Baru yang pura-pura ‘berreformis-ria’ namun ternyata melakukan langkah politik efektif persis sama dalam ‘menyiasati’ penegakan hukum dan HAM.

Alhamdulillah, karena dasarnya saya ini bukanlah seorang pribadi yang gampang menyerah pada keadaan, maka dengan ada ataupun tiada Mas Zul disampingku didalam perjuangan perjuangan untuk rakyat Banten, perlawanan saya atas seluruh kedzoliman yang terjadi saya jalani sendirian bersama beberapa kader perempuan PKS para ustadzah Kekasih Allah. Pasukan perempuan PKS Kekasih Allah ini sebagain dikomandani langsung oleh Ustadzah Kinkin dari Kabupaten Tangerang, Ukhti Sylvi dari Kabupaten Tangerang yang lalu pindah ke Jakarta Timur mengikuti suaminya yang Ketua DPC PKS Jaktim.

Saya merasa beruntung bahwa disaat saya meng-sms Ustad Hilmi Ketua Dewan Syuro PKS melaporkan sikap Mas Zul pada perjuangan saya melalui jalur hukum padahal demi untuk mengembalikan hak PKS itu kemudian terdengar ada nada dukungan dari beliau atas upaya saya tersebut. Dan entah apa yang terjadi didalam tubuh PKS karena saya tidak pernah menjadi kader PKS sehingga tidak tahu – akhirnya untuk pertama dan terakhir kalinya Mas Zul bersedia muncul di Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN) di Jakarta.

Seharusnya saya bahagia Mas Zul datang mengunjungi perjuangan ‘bersama’ tersebut. Walau pada kenyataan akhirnya, saya sebenarnya merasa bahwa sebaiknya memang Mas Zul tidak perlu datanglah! Kalau dalam kenyataan pada akhir hari sidang siang itu, saya harus menyaksikan dengan mata-kepala saya sendiri ‘kemesraan’ tertentu Zul dengan Airin adik ipar Atut yang membuat dada saya sesak dan ingin menangis!

Seluruh kejadian saat itu langsung saya laporkan kepada salah seorang Guru Spiritual Islamku dari PKS Bunda Yoyoh Yusroh/mbak Yoyoh/Umi Yoyoh. Berhamburan cucuran airmataku berderai dalam pelukan Bunda Yoyoh. Yah… Bunda Yoyoh Yusroh ini memang adalah satu dari ratusan perempuan PKS yang sampai detik ini bersemayam dilubuk hatiku yang terdalam. Bahkan rasanya sampai saya mati kelak. Walaupun dengan kesadaran seribu persen akhirnya saya tidak memilih bergabung PKS sebagai partai masa depanku, namun sejujurnya dari lubuk hati yang terdalam saya ingin mengekspresikan apa yang selama ini tersimpan direlung hatiku terdalam dengan rapih. Bahwa saya masih merasa berada dalam satu wadah kebersamaan Islamiah dengan para perempuan PKS Kekasih Allah di Shalimah.

Disamping para kader perempuan PKS dan sebagian besar anggota Shalimah yang saya cintai, dukungan dari keluarga intiku jdirumah juga merupakan unsur yang sangat dominan didalam perjalanan perjuangan Banten sampai dengan hari ini. Ikang Fawzi, Isabella dan Chikita Fawzi, adalah tiga Kekasih Allah mata hatiku yang menjadi faktor penguat luar biasa. Tanpa keluarga intiku ini, saya yakin tidak mungkin mampu dan kuat dan bertahan sampai dengan hari ini. Tentu juga, tanpa mengenyampingkan para pihak lainnya didalam turut mendoakan keberhasilan upaya menjujurkan keadilan dan membingkai politik dengan hukum di Indonesia yang sangat bergetah ini.

Kembali keacara pagi tadi di TV One, sambil sarapan bersama Ikang dan saya Marissa Haque menonton wawancara Mas Zul soal kemarahan serta keberatan yang luar biasa dari PKS terhadap Presiden SBY karena memutuskan untuk mengangkat Pak Budiono untuk menjadi Cawapresnya. Kami berdua hanya tersenyum saja sendirian sambil saling lirik penuh arti. Kelihatannya pendulum jam gadang (grand father clock) mulai bergeser! Ketika pada akhirnya Mas Zul yang pernah diusung oleh partainya sebagai salah seorang mentri muda ekonomi pada kabinet Pak SBY dimasa resufle kabinet kemarin dulu itu harus menelan pil pahit atas prilaku/sikap Capres SBY terhadap partai tercinta mereka PKS. Padhal sejak awal apapun ‘kesalahan’ yang telah dilakukan Presiden SBY, PKS selalu tampil paling depan selain Partai Golkar didalam berfungsi sebagai ‘bumper’ Partai Demokrat dan orang nomor satu didalamnya yaitu Pak SBY. Termasuk juga terhadap delik pidana Pilkada Banten 2006 dan gugatan Tata Usaha Negara atas pemaksaan pelantikan Ratu Atut Chosiyah sebuah Keppres produksi Presiden SBY yang mengandung unsur sangat kental ABUSE of POWER atau Detourment de Pouvoir.

Kembali kepada kesan kami terhadap Zul yang kami lihat tadi pagi, rasanya seperti bukan Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc yang pernah kami kenal dan kagumi dimasa lalu. Agak lumayan tersirat pancaran emosi dengan aura yang ‘…’, saya tidak ingin mengungkapkannya! Karena saya sekeluarga masih ingin mendoakan keberhasilan tim PKS utuk meyakinkan Presiden SBY agar salah satu kader PKS menjadi Cawapres Pak SBY dan bukan Pak Budiono yang terkenal memiliki aliran ekonomi liberal klasik yang persis sama seperti Presiden SBY.

Karenanya, saya juga membayangkan tentu mas Zul akan terkabul cita-citanya menjadi salah satu menteri dalam jajaran kabinet Pak SBY kalau kelak Wapresnya Presiden SBY datang dari PKS. Dan ekonomi Indonesia tidak harus menjadi ekstrim liberal seperti yang kita semua takutkan selama ini. Karena ekonomi ekstrim liberal akan men’jual’ keindonesiaan kita semua tanpa terkecuali dengan harga yang sangat-sangat murah. Yah… memang harus ada ‘perlawan masif‘ rakyat madani terhadap menggiringan Indonesia kepada serba liberal sekarang ini. Mengarahkannya kembali kepada arah distribusi kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia seperti apa yang dijamin oleh konstitusi kita dan dilindungi oleh UUD 45!

Yah, setiap dari kita tentu punya cita-cita dan itu wajar, serta harus ada! Dari hati sanubari kami yang terdalam kami mendoakan semoga Mas Zul dan PKS berhasil mengatasi keruwetan politik yang terjadi dialam komunikasi politik dengan Partai Demokrat serta Capres Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, MA. Kalau saya dan Ikang Fawzi suamiku hanya akan bersikap sesuai dengan keputusan partai kami masing-masing saja. Ikang Fawzi suamiku tercinta dari PAN kelihatannya tetap akan bersama Pak Prabowo Subiyanto dan menawarkan berpasangan dengan Pak Sutrisno Bachir sebagai Cawpresnya dan PPP masih menunggu signal yang lebih baik lagi dari Allah SWT akan kemana arahnya. Namun bila menuruti ‘pertanda’ yang muncul PPP kok juga kelihatannya agak ‘pegal hati’ juga dengan sikap lamban didalam hal mengambil keputusan Pak SBY terkait mengabulkan atau tidak mengabulkan beberapa syarat politik yang diminta PPP. Ah… kumaha engke wae-lah! Walau sebenarnya kitapun harus tetap alert alias waspada untuk menanyakan secara lebih aklamatif kepada Capres SBY… Pak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono yang disayang Allah dengan pertanyaan: “Pak Presiden, … engke kumaha Pak??? (smile)

Aaaaah… dari pada stress sendiri mendingan bernyanyi saja bersama Ikang Fawzi suami semata wayangku dengan judul “PREMAN BERDASI”!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!



Read more!

Thursday 14 May 2009

Bunda Emilia Contessa dari PPP Kekasih Allah

Ketika membuka salah satu external HD lamaku untuk mencari beberapa bahan kuliah lama terkait kerusakan lingkungan hidup dan illegal logging, saya menemukan foto manis diatas ini - sebuah foto yang berisi gambar kami berdua Emilia Contessa dan saya Marissa Haque yang berbaju merah Islami sopan diruang kerja pribadiku diruang 518 lantai 5 Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan. Yah benar, bahwa foto tersebut dibuat oleh mbak Menik Kodrat Sekretarisku yang setia selama 14 tahun masa kerja ketika saya masih menjadi salah seorang dari jumlah total 550 orang anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan pimpina mantan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2006 lalu.

Emilia Contessa adalah salah satu nama yang bersemayam dilubuk hatiku yang terdalam karena mbak Emil atau Bunda Emil - demikian nama kasih yang sering menjadi panggilanku padanya adalah salah satu orang yang sangat serius sejak awal untuk menrik saya bergabung dengan partai Islam tertua di Indonesia bernama PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

Saat digiring ke PPP pada konteks foto diatas, saya sebenarnya hanya senyum-senyum ‘geli’ sendiri. Sejujurnya karena disaat itu saya hanya merasa bahwa PPP kurang seksi karena terimejkan sebagai partainya aki-aki dan ninik-ninik - partai yang hanya berisi orang-orang tua semata. Bagaimana mungkin saat itu saya berpikir untuk bergabung menjadi satu rumah mengingat saya sangat aktif dibeberapa kegiatan sosial-kemasyarakatan, hukum dan ekonomi syariah di Indonesia. Namun dengan berkembangnya keadaan dan berjalannya waktu, ketika hati kecil ini semakin mencintai Allah SWT dan ingin ‘bersatu’ dengan-Nya - kebutuhan transcendental - saya menemukan melalui puasa sunnah 40 hari bahwa PPP adalah partai masa depanku insya Allah selamanya.

Memang sejujurnya, tidak ada satupun partai di Indonesia yang sempurna dan selamanya berpihak pada rakyat seperti apa yang mereka janjikan disaat kampanye mereka. Namun dengan logo Ka’bah, kiblat ummat Islam seluruh dunia ada setitik kedamaian dihatiku yang terdalam bersatu dengan partai berwana hijau tua ini. Walau hari ini saya merasa sangat sedih ketika mendapatkan informasi dari salah satu ‘orang’ku di KPU bahwa terindikasi LO (Liaison Officer) PPP di KPU ‘diduga’ ada ‘main mata’ tertentu dengan oknum KPU untuk menggiring suara perolehan saya di Dapil Jabar 1 kepada kader lain dari Dapil Jabar 2. Saya hanya berdoa agar perempuan cantik LO dari PPP tersebut jangan sampai terjebak dengan permainan kotor internal yang menyerempet delik pidana penggelapan pemilu, karena resikonya sangat jelas akan diganjar dengan penjara minimal 3 (tiga) tahun. Karena untuk alibi hukum dan legal standing tuntutan pidana saya kepada perempuan cantik LO dari PPP tersebut, saya telah memegang hampir seluruhcopies dari Berita Acara KPUD Provinsi Jabar! Tentu yang akan saya lakukan adalah dengan semangat Islamiah menjujurkan keadilan sesuai ajaran Al Quran dan Al Hadist, dimana saya merasa harus menyatakan yang benar adalah benar walaupun sepahit apapun (balighu ‘ani walau ayah) dengan membingkai politik demokrasi keruh bergetah dengan hukum.

Karenanya sekaran ini saya semakin sangat bersetuju dan faham kenapa didalam Islam kita tidak diajarkan demokrasi. Karena sepertiga dari value demokrasi sesungguhnya adalah haram dalam koridor pemikiran dan ajaran Islam, yaituLIBERTE (liberal/liberalisasi). Sementara dua pertiga lainnya dianggap cukup Islami, yaitu EGALITE (kesetaraan/dalam iman yang paling bertaqwa) danFRATERNITE (sisterhood/brotherhood/ikatan persaudaraan). Dan ketika Libertedianggap sebagai homo homini lupus (manusia sebagai srigala atas manusia lainnya) dan disempurnakan dengan azas proper to the fittest-nya Charles Darwin, maka tidak lagi ada tempat bagi politik demokrasi Indonesia untuk menyatakan kejujuran serta kebenarannya. Semuanya dianggap harus tunduk kepada politik… politik… politik…

Saat di KPU tadi saya sempat meng-sms Bapak Dekan Pasca Sarjana IPB Prof. Dr. Ir. Khairil Notodiputro (orang Madura baik hati)/Ketua KAHMI Bogor dan adik-adik HMI Bogor akan perkembangan ‘minor’ KPU hari ini terkait dengan cerita saya diatas ini dan mendapatkan respon menarik dari Pak Dekan terkait dengan sejarah Rasulullah Muhammad SAW. Bahwasanya, beliau junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW mengajarkan kepada kita cara berpolitik dengan jujur dan bersandar hanya semata kepada Allah SWT saja. Jadi bukan sekedar berpolitik sekedar santun belaka, namun menyesatkan ummat-nya seperti sekarang ini. Bahkandikatakan oleh wartawan senior Kompas J. Kristiadi dalam tulisannya di Harian Kompas 2 (dua) hari yang lalu berisi kondisi sera situasi peta ‘syahwat’ politik kekuasaan Indonesia dalam seminggu terakhir ini!

Benar dikatakan oleh Nicollo Machiavelli didalam bukunya Il Principe, bahwa setelah tenggang masa 10 (sepuluh) tahun berlalu seperti awal masa reformasi kita dalam rentang kurun waktu yang sama para ‘Brutus’ golongan borjuis kembali berkuasa untuk menekan kelompok proletar yang kurang pengalaman, kurang jaringan, serta kurang finasial dengan metode ‘menyanyikan’ lagu lama oleh penyanyi tua yang sama namun dengan teknik ‘panggung show’ serta baju opera yang berbeda.

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!



Jakarta, di KPU, 13 Mei 2009.

Read more!

Tuesday 12 May 2009

Kapolri & Laporan Delik Pidana Dugaan Ijazah Palsu

Apakah Indonesia negara hukum?

Jelas tercantum didalam UUD 45 Pasal 1 ayat 3. Apakah hukum positif Indonesia mampu ditegakkan dengan adil, setara, serta tidak tebang pilih selama masa 6 kali Indonesia ganti Presiden? Masih menjadi tanda tanya besar untuk menjawabnya dengan baik dan benar. Apakah hukum di Indonesia mampu berdiri tegak tanpa campur tangan politik tingkat tinggi demi kepentingan politik jangka pendek semata selama ini? Hmmmm… agak sulit menjawab dengan Jujur tanpa merasa takut ditangkap Polisi karena dianggap telah melakukan delik pidana Pasal 310 dan 311 KUHP terkait dengan perlakukan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik.

Photo diatas ini adalah saksi sejarah disaat saya pertama kali pada tahun 2007 disaat melaporkan kasus pemakaian ijazah aspal (asli tapi palsu) yang diduga digunakan oleh Ratu Atut Chosiyah disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu. Bambang Hendarso yang ketika itu menjabat sebagai Kabareskrim dan berpangkat Irjenpol menerima saya dan rekan pengacara saya bernama Khairil Poloan, SH, MH dan Yulita, SH, MH, termasuk mbak RA. Menik Haryani Kodrat sekretarisku yang setia selama 16 tahun masa pengabdian ini.


Bertempat dikantor Kabareskrim diruang kerjanya, Bambang Hendarso beserta tim intelnya yang sangat lengkap tersebut mendengarkan paparan investigasi yang telah saya lakukan selama masa hampir dua tahun terkait dengan kejahatan pidana Pilkada dari Kertas Suara Palsu yang diduga dilakukan terkait dengan Inkopol di Banten (Induk Koperasi Polisi), intimidasi, dan… ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah, SE yang ‘diduga’ diterbitkan oleh Universitas Borobudur, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Kalimalang, Jakarta Timur.


Jajaran perwira tinggi Polri yang mendengarkan laporan saya tersebut diatas menjadi sebuah kemungkinkan atas jasa baik salah seorang ‘Guru’ Spiritual Bapak Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, MA bernama Habib Alkaff yang juga menjadi konsultas spiritual beberapa Pati (Perwira Tinggi) Polri lainnya. Habib Alkaff adalah yang memakai gamis putih dengan sorban hitam namun senang bersepatu boots ala militer, adalah seorang yang sangat ramah dan very helpful. Dia menganggap anak terhadap saya. Katanya anak perempuan Habib ada yang mirip dengan wajahku, sehingga rasa iba dan sayangnya muncul begitu melihat saya dan menyaksikan dari dekat bagaimana saya berjuang menjujurkan keadilan serta membingkai politik dengan hukum yang selama ini sangat liar di Indonesia. Dan menurut Habib katanya saya punya bakat menjadi Rabiah Al Adawiyah, yang ketika mendengar ungkapan tersebut saya malah menjadi tergelak lama tak dapat berhenti. Entah karena tiba-tiba saya menjadi ge’er atau entah karena merasa terharu atas sanjungan tersebut karena selama ini jarang sekali ada pihak yang berempati atau bahkan sekedar bersimpati terhadap apa yang sedang saya upayakan untuk dijujurkan demi Indonesia yang lebih baik dimasa depan.


Selain menemui Kabareskrim yang sekarang menjadi Kapolri, Habib Alkaff juga berbaik hati menemani saya dan tim lawyeruntuk melaporkan kasus Polisi Gadungan yang diduga dikirim oleh tim Atut didalam melakukan kontra intelijen didalam penyelidikan kasus dugaan ijazah palsu yang dipakainya pada saat mengikuti Pilkada Banten 2006 yang lalu itu kepada Kadiv Propam (Provost dan Keamanan). Yaitu Kepala Divisi yang dianggap sebagai Hakimnya para perwira Polri, atau biasa mereka sebut sendiri sebagai ‘malaikat pencabut nyawa’ ditubuh Polri. Nama kadiv Propam tersebut adalah Irjenpol Gordon Mogoot. Tampak didalam gambar diatas duduk disamping kanan Habib Alkaff dan diapit disebelah kirinya Kapolda Maluku Utara Bapak Brigjen Pol Mustafa (orang Madura) yang sedang beranjangsana dikantor Pak Gordon Mogoot.

Setelah beberapa kali melakukan pelaporan atas delik pidana dugaan ijazah palsu tersebut, kami para penjujur keadilan masih menaruh harapan tinggi kepada Polri untuk meletakkan Hak Citizen Law Suit kepada relnya yang benar sesuai dengan apa yang dijanjikan didalam UUD 45. Melaporkan hal-hal pidana yang seharusnya segera ditindaklanjuti. Karena para anggota Polri yang bekerja sebagai pelayan, pelindung, dan pengayom masyarakat seharusnya faham bahwa mereka digaji oleh pajak masyarakat yang dipotong dari penghasilan mereka. Nah, respon oknum petinggi Polri atas laporan dugaan ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah, SE apakah secepat apa yang diharapkan oleh rakyat selama ini?

Allahu Akbar! Dari sana saya sudah mulai dapat mencium gelagat akan sulitnya investigasi/penyelidikan yang akan saya lakukan kedepannya. Karena, bagaimana mungkin saya akan mudah menginteli intel polisi yang melakukan kejahatan pendidikan kalau yang saya invenstigasi justru termasuk salah satu pelaku aktif delik pidana tersebut?

Sampai hari ini saya belum pernah menyatakan menyerah atas konsprirasi dari kejahatan delik pidana pendidikan yang ‘diduga’ dilakukan Ratu Atut Chosiyah, SE dan Universitas Borobudur, Kalimalang, Jakarta Timur. Saya yakin, demi mendapatkan simpati yang lebih besar dari rakyat yang sebagian sudah mulai merasa lelah dengan kekurangtegasan Presiden SBY didalam 5 tahun masa pemerintahannya dan terkesan ‘takut’ terhadap partai yang membesarkan Rt Atut Chosiyah, SE, akan melakukan juklak dan juknis kepada Mendiknas dan Kapolri (yang dahulunya adalah Kabareskrim yang pertama kali menerima laporan saya atas citizen law suit terhadap pidana pendidikan ijazah palsu yang ‘diduga’ dilakukan oleh Rt Atut Chosiyah, SE disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu) sebagai delik pidana kebohongan publik untuk mendapatkan posisi birokrasi yang terncam oleh Pasal KUHP dan UU Sisdiknas.

Allahu Akbar! Allah tidak tidur… saya yakini cepat atau lambat ‘dugaan’ kasus pidana ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah, SE dari Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Kalimalang, Jakarta Timur akan terungkap dan seluruh stakeholders delik pidana yang terkait akan dimintakan pertangungjawabannya didepan publik. Bila Presiden SBY ingin terpilih lagi oleh rakyat pada Pipres 2009 didepan, saya yakini hati bersih beliau tentunya akan digerakkan oleh Kebenaran-Nya dan bersegera mengeluarkan Keppres baru dan membatalkan Keppres lama terkait dengan pembereskan kasus delik pidana Ratu Atut Chosiyah, SE yang diduga telah mencoreng dunia pendidikan Indonesia.

Saya kasihan pada pendidikan Indonesia kita, saya kasihan pada rakyat Banten, dan saya sejujurkan saya juga kasihan kepada Ratu Atut Chosiyah, SE yang semakin lama semakin bertambah besar kebohongannya demi untuk menutupi delik pidana yang ‘diduga’selama ini telah dilakukannya bersama-sama dengan Universitas Borobudur yang telah mengeluarkan ijazah SE untuknya. Innalillahi wa innailaihi rojiuuunnnn… semoga Allah SWT terus melindungi kita semua dari murka-Nya.



Read more!

Monday 4 May 2009

Prakata Bahasa Indonesia dalam Disertasi Doktorku

Pembalakan liar/illegal logging marak terjadi di Indonesia. Khusus di Provinsi Riau, pembalakan liar/illegal loging berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, serta kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Indikasi kerusakan lingkungan akibat pembalakan liar/illegal loging ini ditunjukkan dengan semakin meluasnya kejadian bencana alam semisal banjir badang, kekeringan, kehilangan spesies tumbuhan dan fauna, dan lain sebagainya. Upaya pemberantasan pembalakan liar/lllegal loging ini telah dilakukan sejak lama, namun belum dapat memberikan dampak jera terhadap para pelakunya karena instrumen hukum positif yang tersedia di Indonesia sampai dengan hari ini belum mampu secara maksimal menjerat mereka. Sehingga hingga kini pembalakan liar/lllegal loging masih marak terjadi secara hampir merata diseluruh Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis dampak pembalakan pembalakan liar/illegal loging terhadap kondisi ekologi, ekonomi, sosial di Provinsi Riau; (2) menganalisis sistem hukum yang tersedia di Indonesia terkait dengan pemberantasan pembalakan liar/illegal loging; serta (3) mendesain model kebijakan pemberantasan pembalakan liar/illegal loging yang efektif, efisien dan berkelanjutan dengan partisipasi aktif para stakeholders dibidang kehutanan, transparansi proses peradilan dari tingkat dasar sampai dengan Mahkamah Agung dibantu dengan dukungan perkembangan teknologi informasi.

Dengan terselesaikannya disertasi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.Ir. Dudung Darusman,MA selaku Ketua Komisi Pembimbing, serta kepada Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS, Prof.Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo,MS, dan Prof.Dr. Daud Silalahi,SH dimana masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan masukan dan arahannya sejak dari penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai dengan terselesaikannya penulisan disertasi ini. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan pahala beribu kali lipat kepada mereka semua dan menjadikan segenap ilmu pengetahuan yang ditransfer kepada penulis melalui Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor akan menjadi amal ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan pemberantasan pembalakan liar/illegal loging di Indonesia pada masa mendatang.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo,MS dan Dr.Ir. Etty Riani,MS, masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang membuat mimpi penulis untuk menjadi seorang Doktor dari sebuah respectable university berbasis ilmu eksakta di IPB menjadi kenyataan.
Khusus kepada Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS, selaku Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB yang senantiasa memberikan arahan, motivasi serta dorongan terus-menerus kepada penulis khususnya pada saat dimana rasa percaya diri, semangat juang, menuju seorang intelektual civitas academica sejati terkait dengan proses penyelesaian disertasi ini sering berfluktuasi.

Yang sangat tidak pernah penulis lupakan adalah upaya dan keikhlasan hati Dr.Ir. Asep Saefuddin,MSc dan keluarganya, yang saat itu menjabat sebagai Purek IV Bidang Pengembangan Usaha IPB, dan Bapak Prof.Ir. Rokhmin Dahuri,MSc,PhD yang tanpa lelah terus meyakin diri penulis bahwa PSL-IPB adalah tempat kuliah yang pas bagi saya sebagai seorang legislatif untuk menyelamatkan bumi dari kerusakannya. Dan bahwa program Doktor di PSL adalah jurusan transdisiplin ilmu, sehingga memungkinkan saya dengan latar belakang ilmu hukum dapat mengikutinya. Dengan catatan asalkan lulus tes.

Khusus kepada tiga mutiara cinta penulis Drs. Ahmad Zulfikar Fawzi (Ikang Fawzi) serta kedua anakku Isabella Muliawati (Bella) dan Marsha Chikita (Kiki), terimakasih banyak untuk cinta, pengertian, dorongan semangat yang tak kunjung putus selama ini. Juga permohonan maaf atas sejumlah waktu kebersamaan berkualitas yang menjadi berkurang karena terpakai untuk riset kelapangan serta proses penyelesaian disertasi yang didalam melangkah tidak pernah sederhana.

Kepada (alm) Papa H. Allen Haque dan (alm) Mamaku R.Ay Mieke Soeharijah yang penulis yakini bibit spirit belajar dan kesukaan atas membaca serta mengoleksi buku, mengkliping berita, serta ‘memulung’ ilmu yang tak pernah berhenti, menurun, tumbuh dan berkembang pada diri penulis semenjak kecil sampai seumur sekarang.

Juga kepada Dato’ Fawzi Abdulrani the singing ambassador ayah mertua penulis dan ibu mertua penulis (alm) Ibu Setia Nurul Muliawati binti Mu’min yang selalu mendoakan kelancaran studi dan riset di IPB selama ini.

Tak lupa juga kepada yang setia Sekretaris penulis R.A. Menik Kodrat, Pak Didin Supirku, serta Bambang Jaim anak asuh penulis yang selalu mendampingi siang dan malam, serta dalam suka dan duka. Selalu tepat waktu dan tahan menderita bersama didalam menyiapkan segala fasilitas pendukung selama penyelesaian disertasi ini.

Kepada Bapak Jamal Gozi dan Bapak Riksa dari PT. Sarung Cap Gajah Duduk yang pertamakali tergerak hatinya untuk memberikan sponsor riset awal ke Provinsi Riau diawal tahun 2007. Dari sana, terkait dengan delik pidana pembalakan liar/illegal loging yang sangat marak serta tak terkendali, bersama konsorsium NGO Jikalahari (Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau) dan Walhi Riau alhamdulillah saya berhasil mengumpulkan banyak data primer dan sekunder. Saya merasa sangat tersanjung ketika Mas Santo sebagai Ketua Jikalahari serta seluruh jajaran tim diantaranya Mas Kaka (Khairiansyah), Mbak Ayu dan Mas Joni Mundung dari Walhi Riau dengan sangat bersahabat menerima saya dan tim untuk bergabung kedalam tim besarnya.

Termasuk kebaikan hati Wakil Gubernur Provinsi Riau asal PPP, Bapak H. Wan Abubakar yang sempat menjadi Gubernur Riau definitif selama tiga bulan dimasa transisi tahun 2008 lalu.
Yang saya sayangi adinda Rozi alias Oji dan Faisal Umar dari harian Tribun Pekanbaru/Persda/grup harian Kompas, yang dengan semangat tinggi selalu memberitakan seluruh kegiatan riset saya hampir dalam setiap kali kunjungan ke Provinsi Riau.

Serta pengahargaan sangat tinggi kepada para polisi teladan Indonesia beserta seluruh jajaran Mapolda Riau, mantan Kapolda Riau saat itu yang sekarang menjadi Gubernur Akpol (Akademi Polisi) di Semarang Bapak Irjen Pol Drs.Sutjiptadi,MM dan istrinya Ibu Ririek Sutjiptadi. Yang dengan penuh kekeluargaan merangkul saya dan tim riset dari unsur sub-element masyarakat didalam langkah besar Polda Riau menertibkan aktivitas pembalakan liar/illegal loging di Provinsi Riau. Berbagi data dan informasi dari hasil kerja optimal Polda Riau saat itu merupakan sebuah ‘kemewahan luar biasa’ bagi saya, mengingat dari sana fokus langkah saya didalam menetukan arah pertanyaan bagi data primer lainnya kemudian menjadi lebih mudah dan terarah.

Kepada Sekretaris Bidang Kepaniteraan MA RI (Mahkamah Agung Republik Indonesia) Bapak H.R.M Anton Suyatno,SH,MH dan mbak Ayu Verliani,SH yang pada detik-detik terakhir penulisan disertasi ini memberikan informasi tentang sistem IT yang segera pada tahun 2009 ini akan diimplementasikan. MA RI bersama PSHDK (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan) yang diwakili oleh Mas Arya, SH, LLM berusaha memperbaiki image Mahkamah Agung yang selama ini minor dengan upaya menjawab tantangan zaman dengan instrumen IT, demi menuju Good Judicial Governance institusi peradilan tertinggi Indonesia selain MK (Mahkamah Konstitusi).

Yang saya kasihi Bunda Emilia Contessa dan Pak Usamah suaminya, fungsionaris PPP yang turut memberikan dukungan dana riset pada saat kondisi alokasi dana riset saya semakin menipis, lalu ternyata masih dibutuhkan sekali lagi untuk yang terakhir kali balik kembali ke Provinsi Riau. Kedatangan terakhir tersebut persis seminggu sebelum meninggalnya Pak Kajati Riau saat itu (alm) Djaenuddin,SH,MH. Upaya tersebut adalah untuk langkah konfirmasi penutup/final dalam re-in depth interview dengan Kajati Riau (Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Riau) terkait dengan pertanyaan saya yang belum terjawab tentang parameter yang dipakai oleh Kejaksaan disaat megeluarkan putusan: “… pelaku delik pidana pembalakan liar/illegal loging tidak dapat dibuktikan perbuatan melawan hukumnya.” Tanpa kedatangan saya terakhir tersebut, tak mungkin saya mendapatkan pandangan awal yang lumayan terbuka terkait crusial points dalam pembuktian delik pidana perbuatan melawan hukum (onrechtmatigheidsdaad) delik pidana pembalakan liar/illegal loging, yang selama ini diduga membuat berkas penyidikan prima Polda Riau harus dibuat menjadi sembilan kali bolak-balik antara Polri-Kejaksaan yang berujung antiklimaks dengan dikeluarkannya SP3 (Surat Perintah Pemberhentian Perkara) pada bulan Desember 2008 lalu.

Khusus kepada Ustad Ahmad Jaro salah seorang Mursyid Tasawuf saya dan asistennya Ketua Yayasan Hasbunallah Mas Tri beserta seluruh keluarga besar Yayasan Hasbunallah dari Kota Tanjung, Kalsel. Jazakillah khoir atas doa yang tak pernah berhenti dipanjatkan bagi keselamatan saya dan tim NGO, yang mendampingi selama berada dihutan Provinsi Riau. Dan juga dana urunan dari jamaah yang diam-diam selalu dimasukkan kedalam tas atau koper saya selama kunjungan spiritual ke Tanjung kemarin, sebagai ekspresi dukungan penuh atas upaya dan kerja keras saya didalam membantu NKRI memerangi pembalakan liar/illegal loging.

Yang terhormat Duta Besar RI di Belanda Bapak Fanny Habibie yang secara sangat surprise dengan segala kerendahan hati terketuk hati terdalamnya yang saya yakini dikirim oleh Allah SWT untuk menjawab doa panjang saya agar memperoleh kemudahan dana bagi pemenuhan ujian terbuka Doktor saya ini. Pak Fanny menelpon saya langsung dari KBRI di Wassenaar, Belanda tengah malam buta waktu Banten, dan keesokan siang dana hibah beliau langsung masuk kerekening saya dengan jumlah persis sama dengan kebutuhan prosedur administrasi ujian terbuka program Doktor PSL-IPB.

Yang terkasih keluarga besar PPP di Kalimantan Selatan, Bapak Gubernur Rudi Arifin dan Ketua DPRD Kalsel Bapak Saiful Tamliha yang juga membantu menambah biaya sponsor untuk ujian terbuka Doktor saya pada menit-menit terakhir dibutuhkan.

Yang membantu disaat tak terduga belakangan ini, Ketua Umum PPP Bapak Drs.H.Surya Dharma Ali,MSi dan istri Ibu Dra.Hj.Wardatul Asriah yang mendorong penulis agar serius menyelesaikan ujian akhir program Doktor ini agar bersegera dapat menambah jumlah kader intelektual PPP untuk bersama merancang kebangkitan ummat dalam waktu dekat ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang dengan ketulusan dan keikhlasannya telah membantu penyelesaian studi Doktoral di IPB ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh anda semua kepada saya. Amin.

Semoga disertasi ini walau kecil dan sederhana dapat memberikan setitik sumbangsih harap langkah awal yang paling krusial dan paling jarang dilirik bagi penegakan hukum berdampak jera, untuk seluruh pelaku delik pidana pembalakan liar/illegal loging di Indonesia. Kedepannya Indonesia menunggu kedatangan seorang pemimpin ‘Ratu Adil’ yang ikhlas memberikan keberpihakan pikiran, hati, energi, dan pengaruh kewenangan keputusannya bagi perlindungan keseimbangan lingkungan hidup dan kelestarian hutan tropis Indonesia.

Bogor, April 2009.
MARISSA GRACE HAQUE

Read more!

Sunday 3 May 2009

Ucapan Selamat dan Permohonan Tanpa Golok

Dalam kondisi perolehan suara legislatif yang anjlok belakangan ini, tentu sebagai sesama kader PPP saya merasa bangga dan berbahagia atas perolehan Irna Dimyati istri dari Ketua DPW PPP Banten yang sekaligus adalah Bupati Pandeglang, Banten sekarang ini. BPP dalam putaran pertama! Luar biasa… alhamdulillah saya ucapakan dan sujud syukurku pada Allah SWT – diluar isu money politics dan lain sebagainya yang telah dilakukan didalam proses sampai dengan penghitungan suara di KPUD Pandeglang yang santer kita semua dengar sebagai warga Provinsi Banten.

Namun sebagai sesama ummat Rasulullah Muhammad SAW, saya hanya ingin mengingatkan kepada saudara dan saudariku Irna dan Dimyati yang disayang Allah serta sedang mendapatkan kelimpahan rezeki luar biasa dari sang Khaliq, bahwa masyarakat miskin yang memakan nasi aking di Banten sebagian besar berada di Kabupaten Pandeglang dan Lebak (tempat asal Ibu mertua saya). Walau mereka ‘mungkin diduga’ terpaksa mencontreng nama anda berdua, hati kecil mereka berteriak meminta ‘keseimbangan hukum-Nya’ bagi keadilan dunia. Khalayak luas di Banten maupun publik luas Indonesia sudah sangat mengetahui segala bentuk ‘dugaan’ korupsi besar diranah jawara ini. Salah satu oknum yang di’duga’ bahkan penyidikan pidananyapun telah berproses adalah atas diri saudaraku Ahmad Dimyati Bupati Pandeglang dari PPP beserta sekalian Wakil Bupatinya. Yang menjadi sangat surprise adalah bahwa pada akhirnya setelah melalui ribuan aksi protes rakyat dan mahasiswa/demontrasi adalah bahwa izin Presiden akhirnya dikeluarkan untuk memproses tuntutan pidana pencurian dana rakyat dari Bank Jabar-Banten yang besarnya dua kali lipat dari kasus yang melibatkan besan Presiden SBY yaitu Bapak Aulia Pohan dari Bank Indonesia pusat di Jakarta.Juga kita semua faham bahwa Bapak Bupati Ahmad Dimyati dari Pandeglang tidak bekerja sendiri. Bahwa ada intelectual backing dibelakang aksi korupsi ini semua yang tidak pantas menyebut dirinya sebagai “Gubernur Jenderal” Banten beserta seluruh oknum keluarganya! – tentu karena Indonesia sudah merdekar sekian lama dan kita berada dalam sebuah sistem tatanegara NKRI (Negara Kesatuan republik Indonesia).

Satu permintaan saya sebagai sesama kader di PPP bahwa jangan lagi kedepannya masih terus bermain ancam-mengancam dengan memakai golok segala macam! Saya dan Ikang Fawzi suamiku memaafkan apa yang telah dilakukan oleh oknum preman yang mengaku seorang kyai asal Pandeglang, yang kata yang bersangkutan sendiri bahwa dia adalah orang yang mendapatkan amanat khusus dari Bupati Pandeglang untuk melindungi sang Istri dari ‘serbuan popularitas’ Ikang Fawzi diranah Kabupaten Pandeglang! – karena Ikang asal Lebak bukan asli dari Pandeglang. Sejujurnya dimata saya yang merupakan kader baru di PPP, hal semacam itu teramat sangat memalukan serta berada diluar koridor keislaman yang telah kita semua pelajari tanpa terkecuali… (concerned!).Kalau Presiden SBY selama lima tahun masa pemerintahannya belum mampu mengulurkan ‘tangan’nya untuk membereskan seluruh kejadian kriminal di Provinsi Banten, karena merasa sungkan dan harus turut membela ‘kroni’ Bapak Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Nah… setelah mereka berdua ‘cerai’ politik, apakah kejahatan demi kejahatan di Provinsi masih akan dibiarkan? Padahal secara jelas seorang Kepala Negara yang juga sekaligus Kepala Pemerintahan memiliki hak diskresionair berupa Forum Previlegiatum atau sejenis Hak Veto untuk memberikan izin kepada yang berwenang sejenis KPK untuk langsung menggiring yang telah menjadi tersangka ke Pengadilan Pidana maupun Tipikor.Yah, kita berharap kepada keadilan hanya kepada Allah SWT belaka. Setelah kejadian abrolnya bendungan Situ Gintung akibat kelalaian luar biasa (delik culpa) dari seorang pemimpin provinsi yang ‘diduga’ tidak memiliki kognisi mumpuni sebagai seorang pemimpin. Sehingga didalam Al Quran juga dijelaskan bahwa tunggulah kehancuran sebuah bangsa bilamana dipimpin oleh seseorang yang bukan ahlinya…Allahu Akbar! Kita belum merdeka!

Read more!

Saturday 2 May 2009

Busana Okky Tak Pernah Salah: Marissa Haque

Okky… Okky… Okky…

Nama ini selalu sangat mudah di-recall dari dalam benak kita disaat kita membayangkan perkembangan mode ditanah air. Ya, Okky Asokawaty… top model papan atas Indonesia sampai hari ini walaupun kepalanya kini sudah tertutup jilbab. Namun sosoknya tetap melekat erat dengan fashionista extravagansa, namun kian semakin Islami.
Beberapa hari yang lalu saya merasa sangat berbahagia mendapatkan dua buah undangan untukku dan Menik asistenku untuk menghadiri peluncuran buku busana Islam yang ditulis bersama Ibu Thress amir, Samuel Mulia, dan Okky sendiri. Judulnya adalah “Berbusana Muslim Sesuai Dress Code.”

Okky memang ada dihatiku – walau saya sebenarnya tidak pernah langgeng menjadi fashion model pada saat remaja dulu karena tinggi tubuh tidak sejangkung Okky – namun wilayah khasanah intelektual pada kognisi Okky yang dibalut dengan penampilan ‘terjaga’ membuat Okky memang berbeda dengan peragawati lain manapun di Indonesia.

Okky dan PPP

Tali perkawananku dengan Okky semakin terjalin karena sekarang bersama berada pada satu naungan partai berlambang Ka’bah yaitu Petiga (PPP). Walau alasan kami bergabung dengan partai ini berbeda, tapi ada benang merah emosional yang kami rasakan sama yaitu semakin kami berumur ternyata kami semakin mencintai Sang Maha Pencipta.Saya ingin semakin bersahabat dengan ibu cantik-cerdas yang satu ini. Saya ingin ber-share ria metode maupun pembobotan score pengembangan kader-kader masa depan PPP yang lebih baik dan menjawab tantangan zaman bagi Indonesia bangkit dimasa depan! Saya membayangkan suatu waktu dimasa datang, Okky akan menjabat sebagai Ketua WPP (Wanita Persatuan Pembangunan) di DPP-PPP. Membayangkan PPP nantinya akan dipastikan – insya Allah – akan memiliki ‘look’ yang semakin ‘gaya’ dan bernas sekaligus ‘berisi/berbobot.’ Yah, karena dikomandani oleh seseorang yang sangat memiliki cita rasa ‘berkelas’ semacam Okky Asokawati. Bahkan gaya berbusananyapun saya impikan dapat memberi warna berbeda dari Petiga (PPP) yang sudah-sudah dengan sentuhan Fashionista Islam Modern. Saya pikir itulah yang kita perlukan dihari-hari belakangan ini, yaitu menjadi duta-duta Islam yang memiliki wajah ramah, intelektual, sopan, menarik, yang insya Allah sekaligus mampu tangguh didalam menjawab tantangan zaman.Brainy Red Okky

Okky juga memiliki kepekaan emosional yang baik. Masih jelas terekam didalam memoriku ketika Mama Mieke Soeharijah-ku tercinta menjelang koma sebelum meninggal di RS Pusat Pertamina. Okky mem-bezoek kerumah sakit, berbincang lumayan lama dengan Mamaku, dan sebelum meninggal Mama beberapa kali menyebut nama Okky yang cantik dan cerdas berbusana merah menyala. Saat itu Mama memesan kepada saya agar Soraya Haque adikku tercinta dapat mengikuti jejak Okky yang kuliah di jurusan Psikologi agar menjadi peragawati intelektual juga seperti Okky. Yang tetap kuingat ialah bahwa Okky sangat menyukai warna merah, dan memang dia terlihat sangat menonjol dengan semua bajunya yang berwarna merah.

Saya jadi sering tersenyum geli kalau membayangkan bahwa Okky yang kian menghijau belakangan ini, saya duga adalah hasil/buah dari perjuangan kerasnya didalam menyesuaikan diri dengan warna kultural partai Petiga (PPP) kami yang sangat hijau ini! Okky tidak sendirian, karena saya pribadipun sampai detik ini masih terus menerus menyesuaikan diri dengan warna hijau yang sejuk surgawai dari warna kerja partai lamaku yang merah menyala sebagai simbol dari semangat perjuangan yang selalu berkobar.

Saya ingin bersahabat dengan Okky didalam berkembang bersama khasanah intelektual Islam modern didalam Petiga (PPP). Saya mendoakan Okky mendapat posisi terbaik pada jajaran kepengurusan Petiga (PPP) dimasa datang dalam waktu dekat ini, kuat mental-spiritualnya didalam membesarkan kedua buah hatinya sebagai single parent, dan segera menyelesaikan thesis S2 nya dari Fakultas Psikologi UI. Lalu bersama kita mengayuhkan melangkah didalam mengembangkan partai menjadi lebih baik kedepannya. Allahu Akbar!

***

Read more!

Wendy Diana Kekasih Allah

Marissa Haque

Artis dan politisi yang satu ini memang berbeda. Didalam dunia politik, Marissa sebelumnya tergabung dalam PDI-P, namun setelah dirinya menyatakan bersedia sebagai calon Gubernur Banten dari Partai lain yaitu PKS ( Partai Keadilan Sejahtera ), dipecatlah beliau dari PDI-P yang dipimpin Ibu Megawati itu, karena apabila anggota partai menerima kontrak politik dengan partai lain, maka hukumnya adalah dipecat. Namun sayangnya dalam pemilihan umum Gubernur itu, Marissa mengalami kekalahan.

Pemilihan umum daerah itu disinyalir bahwa telah terjadi kebohongan publik yang dilakukan rivalnya yaitu Ratu Atut Chosiyah, seperti tidak membagikan kartu pemilihan kepada penduduk Banten secara menyeluruh, karena suara yg tidak mengikuti pemilihan umum dimasukkan kedalam kubu Ratu Atut.
Subhanallah, Menurutku Marissa Haque… adalah sebuah mutiara… Perempuan yang luar biasa, sangat luar biasa. Selain Cantik, pintar, idealis, entahlah bagaimana melukiskannya. Sederet prestasi yang sudah diraihnya akhirnya perjalanan hidup membawanya aktif dalam dunia politik.
Dalam perjalanannya sedari menjadi aktris yang berperan dalam beberapa film, dimana berkecimpungnya Marissa di dunia perfilmnya, beliau mendapatkan awat ” Piala Citra ” sebagai Best Actress di FFI ( Festival Film Indonesia ) pada tahun 1985, sedangkan pada tahun 1987 Marissa mendapatkan award best Actress di Asia Pacific Film Festival di Taipei, Taiwan.
Marissa termasuk seorang aktris yang sangat mementingkan pendidikan, terbukti setelah menyelesaikan S2 nya di Universitas Atmajaya, beliau melanjutkan sekolahnya di School Of Film di Ohio University, Athens, USA. Dimana Marissa pun selain aktris juga telah memproduseri beberapa film dan sinetron, dan beliaupun telah menyutradarai beberapa film diantaranya “Tanpamu Kasih, Borobudur dan The Indonesia Shadow Puppet” juga beberapa film dokumenter.
Dan menurut saya ini bukan cuma isapan jempol, karena saya sendiri bersama beberapa kepala keluarga di komplek saya tinggal pun tidak mendapatkan kartu pemilihan umum, sehingga kami tak dapat mengikuti pemilihan tersebut, tak cuma komplek kami, banyak pula terdapat dibeberapa tempat di tangerang yang tidak mendapatkan hak pilihnya.

Permasalahannya tak sampai disitu, Ibu cantik ini berurusan dengan pengadilan masih dalam permasalahan dengan Gubernur Banten itu, karena beliau menuduh Ratu Atut memalsukan ijazahnya yang dibuatkan oleh Universitas Borobudur. Menurut Marissa ini sudah terbukti di kepolisian, namun dipengadilan beliau kalah dan diharuskan membayar denda sebanyak 500 juta rupiah. Marissa naik banding, karena baginya lebih baik masuk penjara daripada membayar Rp. 500.000.000,-

Sangat jarang wanita kritis di Indonesia ini, apalagi yang berani mengungkapkan masalah orang-orang berpengaruh dan kaya, termasuk Ratu Atut Chosiyah yang menjabat sebagai Gubernur Banten ini.

Berjuanglah Mutiara bangsa ku…..

Pesanku: “Jazakumullah Khoir Saudariku… Wendy Diana”

Terharu rasa hati tak berkesudahan kepada adindaku yang bernama Wendy — rasanya saya belum pernah berkenalan langsung ataupun bertatap wajah langsung namun sangat ingin saya mengenal yang bersangkutan lebih jauh lagi secara personal — dengan alamat wendydiana83.multiply.com.

Terimakasih banyak sayangku wahai Kekasih Allah… semoga Allah SWT membalas kebeningan hatimu dengan ribuan kali lipat pahala didunia maupun diakhirat ya?

Salam kasih, Marissa Haque.

Read more!

Kasih Anak kepada Ayahnya: Ikang Fawzi untuk Fawzi Abdulrani

Tiada hal yang paling membahagiakan dalam hidupku kecuali melihat wajah cinta dan kasih tersebar dimana-mana didalam keluarga kami. Baik keluarga intiku – hidup perkawinan Ikang Fawzi dan saya Marissa Haque – maupun keluarga besar suamiku dari saat masih lengkap dahulu sampai yang tersisa masih hidup sekarang ini. Namun ada yang sanga terasa ‘mewah’ ketika dalam setiap perjumpaan Ikang Fawzi suamiku memperlihatkan ekspresi cinta-kasih kepada ayahandanya semata wayang – kami menyebut beliau sebagai The Singing Ambassador Dato’ Fawzi Abdulrani.
Like fther like son, alhamdulillah… ni’mat yang tak pernah boleh lupa kusyukuri. Fabiayyi ala’i Robbi kumma tukadzdzibaan…

Ikang yang sangat mencintai Ayahnya karena Dato’ Fawzi sebagai ayah sejak kecil memang sangat memperhatikan keempat anak-anaknya dengan cinta-kasih. Mencari pasangan hidup memang tak salah bila disarikan oleh para leluhur kita untuk melihat dari sisi bibit-bebet-bobot. Bahkan ada pepatah yang mengatakan buah apel jatuh tak jauh dari pohonnya, diiringi rasa syukur yang tak pernah henti saya menjadi saksi hidup bahwa Ikang Fawzi suamiku semata wayang mencintai kedua anak-anaknya seperti apa yang telah didapatkannya sebagai cinta penuh tanpa pamrih dari kedua orang tuanya baik semasa sang ibunda tercinta masih hidup sampai sekarang ketika Dato’ Fawzi tinggal sendirian.
Cinta kasih tanpa pamrih adalah spirit kehidupan rumah tangga kami Ikang Fawzi dan Marissa Haque. Jauh dari segala ukuran materi dan jebakan duniawi kami ingin merawat cinta dan kasih ini seumur hidup kami… selamanya… sampai kami mati kelak menuju Muara Abadi-Nya. Allahu Akbar!
***

Read more!