|
|
|
|
|
|

Monday 23 March 2009

Marissa Haque Sangat Melek Teknologi Informasi

Source : marissahaque.kompasiana.com
Kontribusi dari Administrator
Thursday, 14 April 2005;

Diperbaharui Saturday, 14 April 2007; Terakhir diperbaharui Monday, March 22 2009.
Siapa tidak kenal dengan artis Marissa Haque yang juga berprofesi sebagai politisi ini?

Barangkali tidak ada yang menyangka jika Marissa Haque ini sangat melek internet bahkan menyediakan website khusus tentang dirinya yang bisa menjadi arena berinteraksi antara dirinya dan juga penggemar.

Artis yang juga istri dari rocker Ikang Fawzi ini rupanya tidak hanya memanfaatkan internet untuk urusan menang keren. Dia sendiri mengaku sudah mengamati pentingnya internet sejak melanjutkan kuliah di School of Film di Ohio University, Athens, Ohio di Amerika Serikat. Saat berkuliah di Ohio, Marissa Haque seringkali membuat paper atau tugas kuliah yang mengamati tentang perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di Indonesia. Salah satu papernya menyoroti tentang penggunaan situs-situs internet oleh para politisi dalam rangka pemilihan presiden. Marissa berusaha untuk mengetahui secara mendalam bagaimana para politisi ini memanfaatkan internet untuk bisa menggaet massa.

“Apa yang sebenarnya menjadi tolok ukur para politisi ketika membuat situs internet,” kata Marissa Haque. Meskipun sekarang aktif sebagai anggota parlemen, Marissa Haque masih juga berperan sebagai seorang sutradara film, sinetron, dan iklan, sekaligus sebagai produsernya, termasuk film editor dan penulis skenario film dan sinetron.

Marissa mengakui, dia terjun ke politik karena sangat mungkin para publik figur ini akan menang dan melenggang secara leluasa lebih dulu dibanding para kandidat umum lainnya. “Meskipun yang lebih penting, adalah visi dan misi yang dibawanya sebagai pembawa aspirasi dari rakyat yang diwakilinya,” ujarnya.

Semoga Marissa bisa menularkan pengenalannya yang mendalam terhadap dunia internet kepada para anggota DPR RI lainnya yang konon sebagian besar masih sangat gagap teknologi.

Read more!

Monday 9 March 2009

78% Persembahanku untuk PPP Tercinta

Ya Allah berilah diriku kesabaran lebih besar lagi didalam melangkah perjuangan menjadi Kalifatullah, Ya Allah berilah diriku fokus yang tak terayu didalam berjuang dijalan-Mu, dan Ya Allah berilah diriku kehanifan didalam mengayuhkan perahu kehidupan ini menuju NUN Muara-Mu wahai Kekasih Abadiku…

Alhamdulillah…tak disangka tak dinyana, keikhlasan merajut persaudaraan PPP dari berbagai aliran Keislaman melalui wilayah administratif Jabar 1, diijabah Allah dengan diberikannya kepercayaan tinggi dari rakyat Indonesia melalui Global TV pada awal Maret 2009 lalu. Kemenangan 78% untuk kekompakan PPP Baru. Ya Allah… terimakasih, terimakasih… terimakasih… Ya Allah. Allahu Akbar!

Keikhlasan merajut kembali persaudaraan PPP di Jabar 1 (Kota Bandung dan Kota Cimahi) adalah energi luar biasa besar bagiku didalam melangkah belakangan ini. Energi pengabdian kemasyarakatan diikat dalam koridor kekeluargaan dalam kaidah Islamiyah untuk semata beribadah hanya kepada Allah SWT Jalal Jalalu – the All Mighty.Saudara dan saudari Petilu di Jabar 1 yang saya kasihi… terimakasih banyak untuk semua kebersamaan kita selama ini dalam perjuangan membesarkan kembali PPP yang tengah tercabik berbagai ‘arogansi’ kelompok aliran Islam ini. Maafkan saya atas kekurang fahaman saya yang penuh terhadap ilmu Islam yang sangat luas tersebut. Namun saya yang telah mulai sangat mencintai Petilu merasakan teramat sangat kelewat sayang apabila potensi besar yang selama ini menjadi aset para pendirinya kemudian dibelakang hari harus hancur lebur berkeping karena kekepalabatuan kita semua didalam memegang prinsip Islam yang paling benar dan menafikan keberadaan yang lainnya. Sekali lagi dengan segala kerendahan hati mohon diterima permintaan maaf atas keterbatasan ilmu Islam saya selama ini.

Doa ikhlasku yang sangat panjang malam ini adalah agar kedepannya kita terus dapat selalu kompak selamanya. Bismillahi tawakaltu Allaaaahhh… la haula wala quwwata illa billaaaah…

Read more!

Thursday 5 March 2009

Eep Syaifuloh Temanku Dulu Di Ohio

Siapa yang tak mengenal gambar pasangan tersebut disamping, yaitu sicantik Sandrina Malakiano yang selama ini menjadi salah seorang ikon utama Metro TV dan sicerdas Eep Saifuloh Fatah dosen FISIP jurusan Politik Universitas Indonesia, pengamat politik serta penulis politik Indonesia yang selalu mampu menyajikan hal-hal rumit terkait dinamika politik Indonesia dengan cara renyah terkadang sedikit ‘nakal’ namun bernas. Mereka sekarang telah dikaruniai seorang anak perempuan dengan nama unik Kaskaya yang saya yakini kelak akan secantik ibunya dan secerdas ayahnya.

Kenapa Eep yang menjadi inspirasi tulisanku kali ini? Setelah melalui diskusi panjang dengan para redaktur papan atas harian Kompas dari grup Gramedia dan penolakan atas tulisan bantahan saya terhadap tulisan Eep menyangkut para figur publik yang turun kekancah politik praktis Indonesia untuk dimasukkan kedalam Surat Pembaca Kompas, atas saran dari salah satunya sahabat baruku Kang Pepih Nugraha dari kompasiana.com, maka tulisan di blog pribadi ini menjadi salah satu jalan keluar dari seluruh keberatan personal serta profesi yang saya rasakan sebagai tindakan diskriminatif dan pelecehan intelektualitas yang ditulis Eep Syafuloh Fatah secara nyata dengan menyebut nama saya Marissa Haque didalam tulisannya dihalaman muka bersambung kehalaman 15 harian Kompas tertanggal 9 Desember 2008 lalu. Berikut dibawah ini copy dari surat pembaca yang saya layangkan ke harian Kompas atas kebratan saya terhadap tulisan Eep yang pernah saya kenal baik selama kuliah di Ohio, Amerika Serikat dimasa lalu:

Komentar yang ditolak pemuatannya
atas keberatan tulisan saudara Eep Saifuloh Fatah pada harian Kompas 9 Desember 2008

Surat Pembaca:

Analisis Politik Eep Saifuloh Fatah
Hanya Semata Delik Culpa?

Biasanya saya sangat menyukai gaya penulisan saudara Eep teman disaat kuliah di Ohio, Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu. Namun pada tulisannya di Harian Kompas tertanggal 9 Desember 2008, saya agak mengeryitkan alis mata karena gaya prejudis dan tendensius atas apa yang telah ditulisnya. Rasanya sangat bukan saudara Eep. Karena terkesan menghakimi dan apriori tanpa melengkapinya dengan keterangan tambahan lain yang memang diperlukan. Gaya penulisan saudara Eep sebelumnya jauh dari pembunuhan karakter seperti ini. Semisal penyebutan nama tanpa memberikan pembobotan sebagai referensi, dimana ciri ini bukanlah ciri dari seorang calon ilmuwan (scholar) Ph.D sekelas lulusan Ohio State University, AS, apalagi dari jurusan Ilmu Politik terutama bila rujukan kita adalah dosen saudara Eep di Ohio sana yang bernama Prof. William Liddle (Pak Bill Liddle) seorang Guru Besar OSU, dimana sampai sekarang alumnusnya telah bertebaran diseluruh pelosok tanah air Indonesia.

Saya Marissa Haque Fawzi, SH, MHum, Kandidat Doktor dari PSL-IPB yang sedang menunggu jadwal ujian terbuka (tertutup resmi sudah) didalam minggu-minggu ini, merasa sangat keberatan atas apa yang ditulis oleh saudara Eep Sebagai sesama calon Ph.D dimana tentu ada rambu-rambu/koridor/hal-hal tabu tertentu yang didalam pengklasifikasian seorang manusia juga sebaiknya dilengkapi dengan karya maupun atribut yang melekat dari padanya seperti layaknya oknum penulis analis politik lain di Indonesia. Sejujurnya didalam tulisan tersebut diatas, saudara Eep telah terjebak kedalam stereotipi clustering tersebut. Dengan mengatakan bahwa stigma ‘artis’ (istri kedua saudara Eep sekarangpun sebenarnya termasuk dalam kategori artis) tidak layak menjadi politisi dan duduk di DPR RI mewakili jeritan rakyat yang sebagian besar hak-haknya selama ini ’dikebiri’ dengan perlakuan yang tidak adil, setara, serta pelayanan tebang pilih hanya untuk golongan status quo semata. Bahwa sejatinya tidak semua artis tidak mempunyai latar belakang pendidikan tinggi, tidak mempunyai latar belakang berorganisasi yang panjang (baik sosial/kemasyarakatan/nir-laba, dll), tidak mempunyai pengalaman berpolitik praktis, tidak mempunyai kemampuan bekerja menjujurkan keadilan dengan daya tahan (endurance) yang tangguh/tinggi, tidak mempunyai pemahaman bagaimana caranya membingkai politik Indonesia yang diduga ‘liar’ ini dengan hukum, dlsb, didalam tulisan saudara Eep kelihatannya menganggap tidak perlu untuk turut diulas didalam tulisannya.
Saudara Eep Saifuloh Fatah sebagai seorang calon Doktor dari OSU tersebut juga culpa (lalai) bahwa Marissa Haque Fawzi temannya saat kuliah di Ohio, Amerika Serikat saat lalu belajar Ilmu Film, insya Allah sebentar lagi menjadi Doktor. Bahwa saya yang artis sejauh ini telah bekerja tanpa pamrih bagi rakyat dengan taruhan kehilangan kursi empuk di DPR RI karena tidak bersedia mendukung Cagub yang ’diduga’ memakai ijazah S1 palsu karena hanya diselesaikan dalam 8 bulan semata, dan perlalwanan terus menerus terhadap Mafia Peradilan disaat saya meminta keadilan atas seluruh kecurangan pelaksanaan Pilkada Banten 2006, kelihatannya luput atau dianggap tidak penting oleh saudara Eep. Termasuk ketika ditahun pertama bekerja sebagai wakil rakyat didalam koridor fungsi pengawasan jalannya pemerintahan, saya ’turut menggiring’ mantan Menteri Agama kepenjara karena terbukti menyalahgunakan dana abadi ummat untuk Haji (dapat dilihat pada: www.marissahaque-haji2005.com).

Sehingga, bilamana saudara Eep Saifulloh Fatah tidak pernah mencatat perjuangan saya selama ini, dan hasil LSI bulan Oktober yang lalu bahwa rakyat diseluruh Indonesia mencatat langkah perjuangan saya menjujurkan keadilan dan membingkai politik dengan hukum, menjadi tanda tanya besar akan parameter apa yang telah dipakai saudara Eep sebagai bahan argumen dasar penulisannya di harian kompas yang lalu itu. Ketika rakyat Indonesia memilih saya sebagai yang paling diinginkan ke 3 tertinggi dari total 21 nama yang muncul untuk terpilih sebagai wakilnya untuk didudukkan kedalam DPR RI, maka bukan salah saya maupun seluruh rakyat Indonesia bilamana nama seorang Ferry Mursidan Baldan hari ini berada jauh dibawah kami semua para artis dengan menempati urutan ke 21 dibuntut barisan nama-nama yang keluar dari hasil survey tersebut.

Bila saudara Eep Saifuloh Fatah jarang melihat acara hiburan diberbagai televisi, maka sebaiknya saudara Eep bertanya kepada sang istri Sandrina Malakiano – sebagai langkah cross and checks – apakah seorang Marissa Haque belakangan ini masih sesering saudara Eko Patrio didalam pemunculannya sebagai artis dimedia layar kaca selama 2 tahun belakangan ini? Apabila intensitas pemunculan seorang Marissa Haque Fawzi sudah jarang dilayar kaca, maka artinya intensitas kerja menyapa rakyat langsung dilapangan adalah sangat tinggi. Dengan berbagai perjumpaan langsung eye to eye dan shoulder to shoulder serta face to face dimasyarakat luas, maka wajah kejujuran dan suara nurani muncul tanpa dapat dihindarkan. Dari hati sanubari terdalam saya haturkan terimakasih yang luar biasa tinggi kepada LSI yang sudah melakukan survey panjang dengan hasil memberikan semangat bagi kami para artis yang belum pernah ada satupun terkena skandal kasus korupsi untuk menjalani fungsi baru sebagai wakil rakyat dan memperjuangan the silent voices yang selama ini terabaikan.

Jangan pula didalam tulisan saudara Eep kami dibenturkan – antara saya Marissa Haque Fawzi dengan Ferry Mursidan Baldan – karena kami adalah sesama teman di DPR RI periode lalu. Kenapa score saudara Ferry anjlok tajam? Diduga karena selama ini kerja Mas Ferry yang bagus itu hanya berkutat hanya dan untuk partainya semata. Berkutat dari satu sidang ke sidang panja dan pansus penggoalan UU Pilpres semata – demikian yang diberitakan pada Kompas selama ini. Sementara dilain pihak rakyat yang sudah mulai kehilangan kepercayaan kepada partai mengidentifikasikan diri saudara Ferry Mursidan Baldan sebagai sangat lekat dengan partainya. Kristalisasi image melekat pada partai mungkin dimasa lalu menguntungkan dirinya, namun hari ini the silent voices menunjukkan arah aslinya yang bertolak belakang. Saat ini rakyat mendukung orang secara in persona, dan bukan lagi seperti masa lalu dimana rakyat dipaksa/terpaksa mendukung orang yang menempel pada sebuah partai besar.

Saya pikir saudara Eep yang saya akui kecerdasannya sebagai seorang pengamat politik sekaligus calon Ph.D dalam Ilmu Politik, hal-hal tersebut diatas secara nyata sangat disayangkan bilamana luput dari kejelian pengamatan yang tidak menghakimi. Saudara Eep Saifuloh Fatah adalah seseorang yang pernah saya kagumi isi kepala maupun cara dan gayanya didalam aktivitas penulisan esei politik. Apalagi Aci mantan istrinya terdahulu, saya dan suami saya kenal baik saat kuliah di Ohio, Amerika Serikat dulu. Dimana saudari Aci adalah keponakan W.S. Rendra dan seorang penyiar Radio di Utan Kayu (Grup Tempo), Jaktim sekaligus merangkap seorang dosen di Universitas Indonusa Unggul, Jakarta Barat.

Apapun yang telah dilakukan saudara Eep terhadap pendiskreditan para artis yang memasuki ranah politik sejauh ini telah saya maafkan dengan hati ikhlas. Sekaligus saya panjatkan sebuah doa tulus saya terhadap pernikahan kedua saudara Eep termasuk ucapan selamat berbahagia atas kelahiran putri barunya bernama Kaskaya Saifuloh Fatah dari keluarga saya di Bintaro, Tangerang Selatan. Semoga saudara Eep cepat menyelesaikan program Doktornya dari School of Political Science di OSU, Columbus, Amerika Serikat. Dan setelahnya kita dapat mengobrol serta berdiskusi panjang sebagaimana saat lalu ketika saudara Eep bersama saudari Aci istri terdahulu, saya dan Ikang Fawzi suamiku yang sedang menegok istrinya yang sedang kuliah di Ohio, serta pasangan suami-istri Ira dan Syarif sebagai tuan rumah yang memberikan tumpangan menginap saya dan suami di Kota Columbus, Amerika Serikat bercanda cerdas bersama, dalam koridor intelektualitas civitas academica. God bless you!

Salam takzim,
Hj. Marissa Haque Fawzi, SH, MHum, Kandidat Doktor.

Read more!

Wednesday 4 March 2009

Sang ‘Mualaf’ PPP

Politik Aliran Islam Indonesia, Masihkah Penting?

Tertegun saya membaca sebuah sms yang dikirim oleh seorang kader dan pengurus DPP PPP bernama Budi Pulungan pada tanggal 21 Februari 2009 yang berisi kalimat bernada minor dan ‘menghardik’ saya dengan kata-kata tajam berujung kalimat “… anda kan hanya mu’alaf di PPP.” Sakit hatikah saya? Didalam berpuasa 40 hari ini, dimana lebih banyak kebaikan yang datang bersama puluhan malaikat yang tak terlihat dialam perjuangan saya dan tim saat melakukan sosialisasi Pemilihan Legislatif 2009 di Dapil Jabar 1 berisi Kota Bandung dan Kota Cimahi, saya tidak menggubris sms minor tersebut. Bahkan saya malah berterimakasih pada Mas Budi Pulungan saudara separtaiku tersebut, karena dengan sms dia itu pahala puasa sunnah saya yang baru mencapai hari kedelapan dari total 40 hari saya yakini menjadi bertambah adanya.
Dari mana datangnya kata ‘Mualaf PPP’ tersebut? Saya tidak faham. Yang jelas pertama kali saya membaca dua kata yang ditujukan kepada saya didalam blog pribadi Kyai Asep Moushul Affandi. Dan didalam perjumpaan langsung dengan beliau disaat kantor PPP mengundang Bapak Prabowo Subianto untuk melakukan sosialisasi programnya sembari berguyon saya mengatakan kepada beliau sebagai berikut: “… iya nih Pak Yai saya memang mualaf di PPP, tapi ‘mau ah lap’ jadinya ‘auk ah lap begituuu…’,” demikian bercanda saya kepada Pak Kyai Asep yang disambut tawa cerah beliau yang terlihat senang dengan gaya akrab bercanda saya saat itu. Sayapun diperkenalkan dengan putra beliau seusia Bella putri sulungku yang rupanya selama ini membantu ayahnya meng-update blog serta mengurus pesantrennya di Tasikmalaya/Garut, Jawa Barat.Sebenarnya apakah benar saya seorang mualaf? Rasa lucu dan geli menggelitik tak kuasa menerjang hati yang aniaya ini. Selama ini saya selalu berkaca kepada perjuangan Rasulullah Muhammad SAW ketika hendak melangkah berbuat kebaikan yang tidak pernah dikisahkan mudah dimasanya, sehingga alhamdulillah semangat perjuangan saya dalam konteks kekinian untuk selalu berbuat kebaikan tidak mudah patah karenanya.

Saya memang belum menjadi seorang ustadzah, namun menjadi seorang ustadzah adalah salah satu cita-cita saya didalam kehidupan manusia yang singkat ini. Bila para lulusan pesantren mampu melakukan dakwah bil lisan, maka dengan segala keterbatasan saya selama ini didalam ilmu Islam alhamdulillah sejauh ini saya telah memulainya dengan dakwah bil hal. Benar atau salah dari segala sesuatu yang telah saya lakukan saya serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT Jalal Jalalu.

Didalam dakwah bil hal di Dapil saya di Jabar 1 dengan wilayah Kota Bandung dan Kota Cimahi, saya tidak berkehendak mengkotak-kotakkan keluarga Islam Jabar 1 melalui aliran Islam yang mereka percayai. Timses (tim sukses) saya sendiri berisi beragam anggota dengan pemahaman Islam yang mereka percaya. Yang terpenting bagi saya adalah minus aliran Ahmadiyah yang saya yakini sesat itu.Alhamdulillah juga bahwa saya diberi kesempatan untuk muncul di Global TV dengan program rekaman pada hari Rabu tanggal 24 Februari 2009 yang akan ditayangkan pada hari Jumat tanggal 26 Februari 2009 dialog politik bagi Caleg DPR RI dengan 4 orang kandidat asal PPP, Hanura, PKPB, dan PDIP. Perwakilan caleg dari ketiga partai lain tersebut adalah mbak Elza Syarif, Farhat Abbas, dan Budiman Sudjatmiko. Semuanya berlatar belakang Fakultas Hukum. Setiap kandidat diperbolehkan membawa 30 orang pendukung, dan karenanya saya mempunyai keleluasaan mengajak anggota dari seluruh aliran Islam para tandemku yang berada di Jabar 1 dengan quota saya bagi rata. Alhamdulillah, mereka semua antusiatik! Dan sangat ingin menjadi pendukungku diacara shooting Global TV besok Rabu ini.

Terimakasih Ya Allah… Engkau telah memberikan amanah bagiku untuk turut membahagiakan mereka semua, para tandemku berserta seluruh pengikut mereka. Semoga kepercayaan yang telah mereka berikan kepadaku sebagai duta bagi PPP menjadi lebih baik tanpa sekat politik aliran dapat bertahan selamanya. Demi PPP sebagai partai tertua di Indonesia untuk segera bangkit, dan berkemas diri menjemput kebangkitan dalam waktu dekat dimuka ini, insya Allah… Allahu Akbar!

Read more!